Jokowi Lebih Buruk dari Fir’aun?

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Ketika Emha Ainun Najib (Cak Nun) dalam sebuah tausiahnya di jamaah “maiyah” menyamakan Jokowi dengan Fir’aun, banyak pendukung Jokowi yang marah bahkan menyerang pribadi Cak Nun.

Sebenarnya yang menyamakan Jokowi dengan Fir’aun bukan Cak Nun saja, hanya yang secara terang-terangan dan diekspose media salah satunya adalah Cak Nun.

Bagi orang yang benar dalam tindakannya, memperbandingkan dirinya dengan orang lain sejahat apa pun, sekali-tidak akan mengurangi nilai dan hakikat kebenaran itu, bahkan kedudukannya menjadi lebih mulai. Jika memang perbandingan itu benar, seharusnya dijadikan bahan introspeksi dan koreksi diri, bukan malah menghukum yang mencemoohkannya. Orang baik tak akan menjadi hina gara-gara dihina orang.

Sikap zalim Jokowi memang sudah melampaui batas. Mungkin jika dibandingkan dengan Fir’aun ada kemiripannya (belum tentu sama persis), seperti :

1. Sama-sama berlaku zalim dan tirani terhadap rakyat, terutama kepada para pengkritiknya (oposisi)

2. Sama-sama pernah “membunuh” rakyatnya sendiri. (sudah sering dibahas)

3. Sama-sama ambisi kekuasaan.

4. Sama-sama senang memperkaya diri dan keluarganya.

5. Sama-sama tidak cerdas, dll.

Bahkan, dalam beberapa hal Fir’aun lebih baik dari Jokowi. Ini buktinya:

Pertama, Fir’aun lebih jantan ketika didatangi “musuhnya” (Musa) daripada Jokowi yang pengecut ketika didatangi para pendemo

Fir’aun berani berhadap-hadapan dengan Musa dan Harus, tidak melarikan diri seperti Jokowi ketika didatangi pendemo. Siapa yang jantan siapa yang pengecut ?

Kedua, Fir’aun mau beradu argumentasi dengan Musa, sekalipun sampai detik terakhir Fir’aun tidak beriman

Ada dialog yang cukup panjang antara Fir’aun dengan Musa, sebuah percakapan yang menggambarkan kapasitas pemahaman masing-masing. Sedangkan Jokowi selalu menutup pintu dialog dengan para oposisi

Ketiga, Firaun sekalipun bengis, tapi berbuat baik kepada keluarga Musa, bahkan waktu kecil Musa dipelihara oleh Fir’aun

Beda dengan perlakuan Jokowi terhadap keluarga para ulama dan aktivis Ialam, termasuk korban kekejaman aparat.

Keempat, Fir’aun memiliki nasionalisme yang sangat tinggi kepada negaranya, tidak seperti Jokowi

Dalam dialog antara Fir’aun dengan tukang sihirnya, salah satu ketakutan Fir’aun (Bangsa Mesir) kepada Musa (Bangsa Israil) adalah kalau mereka akan dijajah oleh bangsa lain dan diusir dari tanah air mereka. Sedangkan Jokowi KTP -nya WNI tapi justru yang dibela China, sedangkan rakyatnya sendiri dikorbankan.

Kelima, Fir’aun membangun negeri dari kekayaan sumber daya alam negeri sendiri

Sedangkan Jokowi bisanya cuma ngutang,ngutang, dan ngutang. Kekayaan negara malah diserahkan kepada Asing terutama Aseng (China). Lebih “tolol” mana antara Fir’aun dengan Jokowi ?

Fir’aun diabadikan nama dan pemerintahannya dalam Al-Quran sebagai pemimpin durjana dan akan terus dicatat oleh sejarah sampai hari kiamat.

Bagaimana dengan Jokowi. Sejarah pun akan mencatat nama dan pemerintahan Jokowi sebagai pemimpin yang zalim.

Sepertinya Jokowi masih haus kekuasaan dan sanjungan, makanya dia tidak legowo untuk lengser dan menyerahkan kekuasaannya kepada orang yang lebih baik dan masih terus ingin _cawe-cawe_ sampai harus menjegal Anies Baswedan. Mungkin Jokowi memang lebih buruk dari Fir’aun

Wallahu a’lam

Bandung, 2 Shafar 1445