Pengamat: Tipikal Anies bukan Oposisi

Anies Rasyid Baswedan tidak mempunyai tipikal oposisi yang berkonfrontasi dengan pemerintah. Mantan Rektor Paramadina itu suka menyelesaikan persoalan dalam pemerintahan ataupun memberikan solusi kepada pemerintah terhadap persoalan bangsa.

“Tipikal politik Anies Rasyid Baswedan yang dikenal santun, soft dan menghindari konfrontasi langsung bila berbeda pandangan politik dengan pihak lain,” kata pengamat politik dan keagamaan Tarmidzi Yusuf dalam artikel “Kalkulasi Politik Andai Anies Rasyid Baswedan jadi Oposisi atau Masuk Pemerintahan”

Bagi yang paham tipikal politik Anies Rasyid Baswedan rasanya bila oposisi yang dimaksud pendukungnya parlemen jalanan atau konfrontasi langsung dengan kekuasaan rasanya bukan Anies banget.

“Anies dikenal dengan politik santun, soft dan mengedepankan adab itu lebih mengutamakan oposisi yang berbeda pandangan politik secara damai, solutif, pro rakyat dan menyejukkan,” ungkapnya.

Selain itu, Yusuf mengatakan, Anies Rasyid Baswedan tidak berpartai. Bukan pula ketua umum partai yang memiliki perwakilan di DPR. Secara riil Anies Rasyid Baswedan tidak punya kekuatan politik untuk menjadi oposisi Prabowo Subianto karena bukan ketua umum partai yang memiliki perwakilan di DPR.

Apalagi kekuatan riil politik Anies Rasyid Baswedan sudah terlebih dahulu menyeberang mendukung Prabowo-Gibran. Dimulai Partai NasDem. Lalu diikuti PKB dan PKS. Ketiga Partai Koalisi Perubahan telah berlabuh bersama koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran. Mungkin pula NasDem, PKB dan PKS akan dapat jatah menteri di kabinet Prabowo-Gibran.

“Jangan pula kita bilang bahwa Partai NasDem, PKB dan PKS telah berkhianat karena ada kadernya menjadi menterinya Prabowo-Gibran. Tujuan bikin partai memang untuk mendapatkan kekuasaan dan bagaimana menggunakan kekuasaan untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia,” paparnya.

Yusuf mengatakan, Jangan samakan relawan dengan partai yang punya target politik tertentu karena punya hasrat berkuasa. Sementara relawan adalah orang-orang yang berjuang secara sukarela dan tulus tanpa pamrih.

Anies Rasyid Baswedan tanpa dukungan partai politik parlemen tidak akan efektif menjadi oposisi. Misalnya veto terhadap RUU APBN maupun RUU (Rancangan Undang-undang) tidak akan berjalan bila partai Koalisi Prabowo-Gibran menjadi gemoy pasca NasDem, PKB dan PKS ikut bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju.

Mungkin oposisi yang dimaksud, Anies Rasyid Baswedan sebagai bagian dari civil society memberikan tausiyah kebangsaan, meluruskan jalan bila rezim yang berkuasa terlihat bengkok agar kembali lurus untuk menghadirkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terlalu kritis terhadap kekuasaan kita bisa ambil ibra (pelajaran) dari Imam Besar Habib Rizieq Shihab. Jutaan massa yang menjemput kepulangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi di Soekarno Hatta Internasional Airport tak terlihat sama sekali saat Imam Besar Habib Rizieq Shihab ditangkap dan dikriminalisasi.

“Semua pendukungnya diam. Tak kuasa melawan saat Imam Besarnya ditangkap dan dipenjara hingga hari ini. Jutaan massa bagai buih di tengah lautan seperti kata Rasulullah shallallahu alaihiwasallam,”