Menjadi Ibu bukan Perkara Mudah

Seseorang yang menjadi ibu tidak mudah karena menjadi madrasah pertama untuk mendidik anak-anaknya.

“Menjadi ibu bukanlah perkara mudah, bukan pula masalah yang terlalu rumit. Alam telah menciptakan berjuta perempuan yang “sukses” melewati fase hidupnya menjadi seorang ibu dengan baik,” kata Direktur Utama Akademizi dan Associate Expert Forum Zakat (FOZ) Nana Sudiana dalam artikel berjudul “Kematian Ibu dan Ancaman Generasi Masa Depan”

Di antara ujian seorang wanita menjadi seorang ibu salah satunya adalah proses melahirkan. Proses ini layaknya ‘lorong kematian” yang terkadang menghantui siapapun wanita yang akan melewati proses ini, sekalipun ia mungkin telah atau pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.

“Apalagi bagi mereka yang tergolong “calon” ibu baru. Kecemasan ini tak lain adalah “terbukanya peluang kematian” tatkala melewati proses melahirkan,” ungkapnya.

Kata Nana, kematian ibu di Indonesia merupakan yang cukup tinggi di Asia Tenggara. Dari sejumlah data, penyebab kematian ini karena sekitar 33 persen persalinan dibantu penolong yang tidak kompeten sehingga menyebabkan pendarahan yang berujung pada kematian.

Kematian ibu juga pada dasarnya seringkali disebabkan karena “3 terlambat dan 4 terlalu”. 3 terlambat tersebut yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak.

Dari penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir, menurut Nana, faktor institusi atau pelayanan kesehatan cukup menentukan. Oleh karena diperlukan pelayanan kesehatan yang memadai yang dilakukan oleh puskesmas dan atau rumah sakit agar mampu memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat dan sisi masyarakat sendiri yang perlu didorong agar mau mengakses puskesmas dan rumah sakit tersebut.

“Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia saat ini berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup,” jelasnya.

AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pemerintah sejak kemerdekaan melakukan berbagai kebijakan perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan dukun bayi; pengembangan klinik Kesehatan Ibu dan Anak; pembangunan rumah sakit; pengembangan puskesmas, pondok bersalin desa, dan posyandu; pendidikan dan penempatan bidan di desa; dan penggerakan masyarakat untuk penyelamatan ibu hamil dan bersalin, namun demikian hasil berbagai upaya tersebut belum menggembirakan.

Kata Nana, untuk mengurangi tingkat kematian ibu saat melahirkan, diperlukan langkah-langkah terpadu yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat terkait, khususnya yang ada di sekitar ibu hamil yang akan melahirkan.

“Langkah-langkah itu misalnya mengkampanyekan gerakan Suami Siaga, Bidan Siaga serta Warga Siaga. Gerakan ini diwujudkan antara lain dengan mendorong suami, bidan atau warga masyarakat untuk mengantisipasi sedini mungkin hal-hal buruk yang akan menimpa ibu yang akan melahirkan,” tegasnya.