Kopassus tak Masuk 20 Besar Pasukan Elit Dunia, Kegagalan Jokowi Membangun Pertahanan Indonesia

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tidak masuk 20 pasukan elit dunia membuktikan kegagalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun pertahanan Indonesia.

“Kopassus tak masuk 20 pasukan elit dunia. Ini membuktikan Jokowi gagal membangun pertahanan Indonesia,” kata pengamat kebijakan publik Amir Hamzah kepada suaranasional, Senin (7/9/2020).

Amir mempertanyakan pasukan elit lainnya seperti Paskhas milik TNI AU, Denjaka milik TNI AL, jika Kopassus tidak masuk 20 pasukan elit dunia.

Menurut Amir Hamzah, selama ini tidak ada visi dan misi para menteri. “Jokowi menyatakan yang ada hanya visi dan misi presiden. Artinya dalam bidang pertahanan, Jokowi tidak mempunyai visi dan misi menjadikan Kopassus terbaik dan disegani dunia,” ungkapnya.

Kata Amir, dalam laporan terakhir, Kopassus tergeser dari Light Reaction Regiment (LRR) milik Filipina yang baru dibentuk tahun 2000. “Pasukan LRR ini ditugaskan dalam pertempuran dalam menghadapi kelompok di Mindanao, Filipina Selatan sehingga kemampuannya teruji dalam medan tempur,” ungkapnyaa.

Menurut Amir Hamzah, Kopassus tidak masuk 20 besar pasukan elit dunia karena tidak diberi kewenangan dalam pemberantasan terorisme padahal mempunyai Satgultor 81 spesialis antiteror. “Ini masalah undang-undang di mana penanganan terorisme masuk ranah keamanan di bawah polisi,” papar Amir Hamzah.

Kata Amir Hamzah, Indonesia di bawah Presiden Jokowi tidak disegani dunia internasional karena Kopassus tak masuk 20 besar pasukan elit dunia. “Presiden Jokowi harus segera membenahi Kopassus agar masuk 20 besar pasukan elit dunia,” jelasnya.

Tidak masuk 20 pasukan elit dunia, kata Amir Hamzah, Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Kopassus harus mendapatkan yang baru dan canggih. “Alutsista Kopassus harus diberi tambahan yang lebih canggih agar dapat bersaing dengan pasukan elit dunia,” papar Amir Hamzah.