Surya Paloh Terperangkap Jokowi, Maju Kena, Mundur Juga Kena

Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (SP) dikabarkan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat (13/10) malam. Ini adalah pertemuan kedua dalam momen yang sama: Pasca kader NasDem dicokok kasus korupsi.

Pasca Johny G Plate ditetapkan tersangka, SP melawan. Saat itu, SP mengadakan apel siaga, dan mengirim signal kepada Jokowi. Hasilnya? SP bertemu Jokowi ke istana, yang disebutnya Jokowi menanyakan siapa Cawapres Anies Baswedan.

Hari ini, pasca Sahrul Yasin Limpo (SYL) ditetapkan tersangka, SP langsung menghadap Jokowi. Bedanya, kali ini SP langsung menghadap, tanpa proposal melalui acara Apel Siaga, seperti pada kasus Johny G Plate.

Nampaknya, kekuatan SP mulai rontok. SP mungkin mulai menyadari, perlawanannya yang konfrontatif malah kontra produktif. Bisa saja, pertemuannya dengan Jokowi ini, adalah upaya untuk melakukan negosiasi secara persuasif.

Entahlah, apa hasil negosiasi yang diperoleh. Apakah SP harus melepaskan dukungan kepada Anies, atau SP akan kehilangan Siti Nurbaya Abubakar, satu-satunya sisa kader NasDem di kabinet Jokowi.

Pesan Jokowi dulu jelas, kalau masih dalam koalisi SP tidak boleh mengambil preferensi politik yang berbeda dengan Jokowi. Kecuali, SP keluar dari koalisi dan menarik mundur 3 menterinya.

Namun SP menyatakan partainya memiliki independensi dan hak konstitusional untuk menentukan pilihan politik, termasuk menetapkan Anies Baswedan sebagai Capres yang diusung. Sementara kehadiran 3 menterinya di kabinet, adalah wujud komitmen untuk membersamai Jokowi hingga masa akhir jabatannya.

Nampaknya, Jokowi hendak menguji independensi NasDem. Satu per satu, kader NasDem di preteli. Awalnya Johny G Plate, sekarang SYL. Ke depan Siti Nurbaya Abu Bakar ?

Posisi SP terjepit, maju kena mundur kena. Terus maju, resikonya akan dipereteli dan mungkin akan lebih jauh lagi. KPK sedang menelusuri arus duit SYL ke Partai NasDem. Dampaknya, NasDem bisa bocor besar, kempes tak bersisa.

Mundur, tentu akan menghadapi badai amukan publik. Apalagi, jika sampai NasDem melepaskan dukungan terhadap Anies.

Saat ini, publik berharap daya serang SP melebihi ekspektasi publik. Seperti yang dikatakan Panda Nababan, SP dan Jokowi sama-sama punya karakter pendendam. Panda, sempat menyatakan khawatir jika keduanya adu kekuatan. Sementara publik, sepertinya justru ingin tahu, siapa lebih digdaya, SP atau Jokowi ? [].