Perlawanan Surya Paloh

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Jokowi sangat tidak menduga kalau Surya Paloh (Nasdem) bakal balik badan “melawan” Jokowi. Nasdem yang dulu dikenal sebagai partai pendukung Ahok sehingga dianggap mendukung penista Islam, sangat mengejutkan bisa mengusung Anies Baswedan. Karena Anies secara de fakto adalah “musuh” (rezim) Jokowi dan lawan Ahok. Semula banyak pihak yang meragukan keseriusan Nasdem mencalonkan Anies. Tapi dengan “ikrar” Surya Paloh ketika mendeklarasikan Anies sebagai bacapres yang waktunya sengaja “dimajukan”, adalah pertanda keseriusan Surya Paloh.

Di antara yang disampaikan Surya Paloh ketika mendeklarasikan Anies sebagai capres Nasdem adalah telah diantisipasinya akan banyaknya rintangan, cacian, jegalan, bahkan fitnahan gara-gara mencapreskan Anies. Jadi kalau sekarang begitu banyak serangan ke Nasdem dan Anies, memang sudah diprediksi sebelumnya.

Jika kita ambil benang merah kenapa Nasdem mencapreskan Anies, karena dari naluri politik Surya Paloh selalu bisa membaca calon yang bakal menang sehingga Surya Paloh akhirnya mencalonkan Anies karena bakal menang. Semua yang dicalonkan Surya Paloh hamor selalu menang : Ridwan Kamil Gubernur Jabar, Jokowi-Ahok Gubernur DKI, dan Jokowi-JK Presiden di tahun 2014, sedangkan di tahun 2019 Jokowi-Maruf Amin walaupun menang tapi dengan disertai drama kecurangan.

Intuisi Surya Paloh yang membaca peluang Anies menang di 2024, sehingga dengan sepenuh hati tanpa ragu Surya Paloh dan Nasdem mengusung Anies. Keputusan Nasdem mengusung Anies menjadi kunci penentu Anies bisa lolos nyapres, karena sebelumnya PKS dan Demokrat sudah akan mengusung Anis tapi belum mencapai PT 20% (cuma 15.98%). Dengan berkoalisinya Nasdem-PKS-Demokrat maka syarat ambang batas 20% sudah terlampaui (25,03%).

Dengan keputusan “balik arah” Nasdem dari semula sebagai pendukung rezim Jokowi menjadi sebagai pendukung Anies “musuh” Jokowi, adalah sebuah keputusan yang sangat berani, matang, dan melawan arus.

Oleh karena itu, walaupun pihak rezim Jokowi yang bukan saja terkejut tapi merasa ditelikung karena Nasdem sebagai partai koalisi pemerintah dianggap “tidak minta restu” Jokowi dulu, tapi keputusan itu tentu sudah melalui pertimbangan yang sangat matang . Dari sinilah awal dendam Jokowi yang awal-awalnya masih bisa disembunyikan dan mencoba membujuk Surya Paloh untuk meninggalkan Anies dan kembali ke “pelukan” Jokowi, tapi tidak berhasil. Akhirnya dendam Jokowi pun terbaca juga. Surya Paloh mungkin sengaja tidak meminta izin Jokowi untuk mengusung Anies, karena kalau harus minta izin dulu dipastikan tidak diizinkan.

Keputusan Surya Paloh mengusung Anies semakin mantap setelah menyaksikan seluruh perjalanan Anies sukses dan selalu mendapat sambutan yang luar biasa ke mana pun Anies melangkah.

Ketika usaha rezim Jokowi untuk mengacak-acak koalisi perubahan dengan diutusnya Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar ke Partai Demokrat sekaligus membujuk Partai Demokrat untuk meninggalkan Anies tapi gagal, kemarahan Jokowi kepada Surya Paloh makin membara. Jokowi yang dalam tindakannya lebih mengedepankan hawa nafsu daripada akal sehatnya, tetap tidak bisa menerima atas pencalonan Anies walaupun Anies telah jelas-jelas didukung mayoritas rakyat Indonesia.

Dengan kurangnya ilmu, iman, dan akal sehat (ditambah banyak pembisik jahat) Jokowi masih saja berusaha untuk tidak mau menanggalkan kekuasaannya walaupun rakyat sudah menolaknya dan telah membuat Indonesia diambang kehancuran. Untuk menghibur dirinya disewalah para lembaga survey “pelacur” yang merilis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi mencapai 69.8%, tapi respondennya cuma 1230 dan tidak dijelaskan siapa mereka itu.

Merasa terus dikucilkan oleh Jokowi, Surya Paloh bukannya mengendor dalam mendukung Anies, bahkan makin _ngegass_. Tadinya Nasdem tidak ingin keluar dari koalisi Pemerintah sampai tahun 2024. Tapi rupanya sangat sulit bisa berdiri di dua kaki dengan orientasi yang berbeda. Sekarang Surya Paloh dilihat dari pernyataannya yang terakhir, sudah siap untuk “berkonfrontasi” dengan Jokowi, yang tetap tidak mau paham alasan Surya Paloh. Surya Paloh dengan tegas menyatakan bahwa : _setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih_, dan tidak boleh ada pihak-pihak yang berusaha untuk menjegalnya.

Bagaimana akhir dari perseteruan ini ? Surya Paloh akan memenangkan “pertarungan” ini. Jokowi yang tidak juga mau menyadari akan kekeliriuannya, pada akhirnya akan sadar juga bahwa kekuasaannya pasti berakhir, pakemungkinan akan bernasib sama seperti mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Mungkin juga termasuk keluarganya, kroni-kroninya, dan para penjilatnya.

Sunnatullah itu pasti berlaku kepada siapa saja yang terus berbuat zhalim dengan akhir yang mengenaskan.

Bandung, 19 Syawwal 1444