Aktivis Mahasiswa UI: Korupsi & Nepotisme Merajalela di Era Rezim Jokowi

Uncategorized

Korupsi dan nepotisme merajalela di era Rezim Joko Widodo (Jokowi). Relawan Jokowi yang tidak mempunyai kapasitas dalam mengelola BUMN dijadikan komisaris.

“Di samping korupsi yang merajalela selama rezim despotik Jokowi berkuasa, nepotisme juga mencapai puncaknya secara fantastis,” kata aktivis mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Nugroho Triprakoso dalam artikel berjudul “Enough Is Enough, Jokowi”.

Kata Nugroho, nepotisme dengan pengangkatan komisaris BUMN dari relawan Jokowi yang tidak mempunyai kemampuan manajerial dan finansial membuat perusahaan plat merah mengalami banyak kerugian.

“Bagaimana mungkin BUMN bisa untung bila para komisarisnya diangkat dari para buzzer dan relawan bodoh yang tidak punya kemampuan dan hanya bisa caci-maki di medsos? Sebut saja Dede Budiarto, Kartika Djumadi, Ulin Niam, dan terakhir Abdi Slank. Apa kemampuan manusia-manusia super bodoh ini kecuali hanya menyebarkan fitnah kepada sesama anak bangsa, menyulut perpecahan, melakukan intimidasi biadab, dan semua hal yang merusak persatuan bangsa?” ungkapnya.

Seandainya rezim despotik Jokowi bekerja dengan benar dan memang punya kemampuan untuk bekerja, tak mungkin neraca APBN defisit terus sehingga harus melacurkan diri ke lembaga keuangan internasional untuk mencari pinjaman.

Nugroho mengatakan, Menkeu Sri Mulyani hanya bisa menaikkan pajak yang mencekik dan mengisap darah rakyat. Ketidakmampuan Sri Mulyani hanya puncak dari gunung es yang segera akan meledak. Akibat kebodohan ini rezim despotik Jokowi sudah menambah hutang yang jumlahnya fantastis. Di akhir pemerintahannya ditaksir utang negara akan mencapai 10.000 triliun.

“Apa artinya? Bahwa setiap bayi yang lahir di bumi pertiwi sudah mendapatkan hutang sekian juta rupiah yang ditinggalkan rezim despotik Jokowi yang nirprestasi ini,” jelasnya.

Puncak dari kegagalan, kebusukan dan kebiadaban rezim despotik Jokowi adalah rusaknya demokrasi. Hukum dilanggar, lembaga-lembaga hukum disalahgunakan, lembaga yang potensial jadi kendala seperti KPK dimatikan, dan rusaknya ruang publik karena mencuatnya perpecahan sesama anak bangsa akibat fitnah dan provokasi buzzer piaraan rezim di bawah asuhan si Kakak Pembina.

“Para buzzer sengaja dipelihara oleh rezim despotik Jokowi untuk memuji dan menjilat rezim nirprestasi ini, melakukan provokasi dan intimidasi kepada anak bangsa yang berbeda pandangan politik, dan sebagai alat pengalih perhatian karena kegagalan rezim despotik Jokowi dalam memimpin negara,” pungkasnya.