Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip video: Rizal Affandi
Di antara target Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran) adalah menciptakan tokoh-tokoh muslim untuk dijadikan agen-agen dan antek-antek orang-orang Orientalis (kafir), dengan dalil kerjasama atau dengan dalil kebersamaan, toleransi, demokrasi, yang akhirnya umat Islam sangat toleran, bahkan keterlaluan sehingga mengorbankan aqidahnya.
Demi apa?
Demi menjalankan kebersamaan dengan orang-orang di luar Islam.
Sebenarnya bergaul dengan non-muslim itu boleh-boleh saja, tidak apa-apa, asalkan tidak mengorbankan agamanya.
Tapi kalau sudah mengorbankan ajaran agamanya atau aqidahnya, terlebih jika yang melakukannya itu dari kalangan tokoh-tokoh Islam, maka perilaku ini akan merusak Islam.
Kenapa?
Karena Islamlah selama ini yang ditarget dalam perang Ghazwul Fikri.
Jadi bisa dikatakan kalah dalam peperangan.
Karena itu, sebenarnya umat Islam harus tegar, dan harus tegas dalam mempertahankan aqidahnya, mempertahankan syariatnya, mempertahankan adat-istiadat keislamannya.
Ini semuanya adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.
Jadi setiap individu muslim itu wajib mengenal ajaran agamanya, bagaimana tata cara Al Quran mengajarkan kehidupan, bagaimana tata cara Nabi Muhammad SAW mengajarkan kehidupan.
Begitu juga bagaimana cara-cara para ulama-ulama Salaf mengajarkan kehidupan.
Sehingga umat Islam ini tidak terkecoh oleh jargon-jargon dalam perang Ghazwul Fikri, yang dilancarkan oleh orang-orang kafir, hingga tergelicir mengikuti ajakan budaya-budaya di luar Islam.