Bantah HRS, Aktivis 98 Tegaskan Revolusi Mental tak Dipakai Gembong Komunis

Revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan dari konsep komunis sebagaimana yang dituduhkan Habib Rizieq Syihab (HRS).

Demikian dikatakan aktivis 98 yang tergabung dalam PPJNA 98, Jarnas 98 dan Barikade 98 Jabar, Selasa (10/11/2020).”revolusi mental dituduh HRS dipakai gembong komunis, atas dasar apa tuduhan itu? Apakah Presiden Jokowi yang muslim dan KH Ma’ruf Amin sebagai wapres sosok ulama besar sebagai bagian dari komunis?” tanya aktivis 98.

Abdul Salam Nur Ahmad S.Ag Sekjen PPJNA 98 mengatakan, Allah SWT yang menilai keimanan dan ketaatan seorang muslim. Tugas kita adalah dakwah saling mengingatkan sesama ummat manusia.

“Jangan sampai ketika kita menjustifikasi orang komunis padahal dia seorang muslim taat dan lebih baik keimanan dan ketaatannya di mata Allah dari pada orang yang menuduh komunis, yang secara tidak sadar dalam dirinya muncul rasa riya, sombong merasa paling benar. Naudzubillah semoga Allah melindungi kita semua,” ungkapnya.

Presidium Jarnas 98 Budy Hermansyah tidak terima revolusi mental dituding dipakai gembong komunis. Jokowi dan KH Ma’ruf Amin menjalankan revolusi mental nawacita seorang muslim dan sangat tidak mendasar dituding komunis.

“Tuduhan HRS itu sama dengan menuduh Presiden Jokowi dan KH Ma’ruf Amin bagian dari Komunis telah mencoreng dan menghina keluarga besar NU yang menganut faham Ahlusunnah Waljamaah,” ujarnya.

Abdul Salam mengatakan, akhlaq itu wujud nyata aplikasi dari mental sebenarnya satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, revolusi mental yang didalamnya adalah gambaran dari sifat sifat Rasulullah yang peka peduli pada rakyat kecil, pemerintah atau negara harus selalu hadir membela rakyatnya, mental birokrasi yang melayani rakyat tidak feodalistik.

“Dari program kebijakan revolusi mental telah dan sedang menggulung jaringan Cendana, mafia migas Petral dll, membuat tidak nyaman mereka para mafia sehingga dendam dan marah pada Jokowi. Jangan sampai jargon Revolusi Akhlaq tersebut bagian dari strategi atau alat para mafia melakukan balas dendam untuk menggulingkan pemerintahan Jokowi dengan memanfaatkan Isyu agama yang sangat sensitif,” pungkasnya.