Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip: Rizal Affandi
Kita hidup di dunia ini perlu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Terlebih hidup di zaman sekarang, zaman yang sudah akhir. Zaman yang semakin mengalami kerusakan-kerusakan. Baik itu kerusakan yang sifatnya hakiki seperti ekosistem alam, banjir, dan segala macam itu. Ada juga kerusakan yang luar biasa, yaitu kerusakan aqidah dan akhlak.
Misalnya kerusakan aqidah yang menyekutukan Allah SWT. Ada pula yang yang sengaja menentang dan mengingkari Syariat Islam.
Atau kerusakan yang terkait dengan akhlak walaupun aqidahnya tetap terjaga. Misalnya sudah banyak di antara umat Islam sendiri yang melanggar aturan-aturan Syariat, misalnya maraknya perjudian, prostitusi, korupsi, pencurian, dan maksiat dhahir lainnya. Yang seperti ini sangat marak sekali di sekeliling kita.
Karena itu marilah kita menata hati, agar kita senantiasa dekat dengan Allah SWT, senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
Terutama demi kepentingan pribadi kita dalam membersihkan hati. Jangan sampai hati kita ini dirasuki oleh rasa dengki, rasa iri hati kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita, saudara kita, tetangga kita, handaitaulan kita.
Karena rasa dengki ini luar biasa rusaknya, bahkan termasuk penyakit yang sangat susah disembuhkan.
Dikataksn, sejahat-jahat penyakit hati itu adalah iri dan dengki.
Diriwayatkan, suatu saat terjadi peristiwa bahwa Iblis itu bertamu ke rumah Firaun. Tatkala Iblis mengetok pintu, Firaun bertanya: “Siapa itu?
Iblis menjawab: “Hai Firaun, kalau engkau mengaku sebagai Tuhan, maka engkau tahu siapa diriku.”
Kemudian Firaun mengatakan: “Engkau adalah yang terlaknat di dunia dan akhirat.” (maksudnya adalah Iblis).
Maka Firaun bertanya: “Wahai Iblis sebagaimana yang engkau ketahui, siapa yang kira-kira orang paling jahat di dunia ini?”
Maka Iblis mengatakan: “Sebagaimana survei yang selama ini aku lakukan, maka orang yang paling jahat di dunia ini adalah orang yang di dalam hatinya terdapat kedengkian, ada hasad atau iri hati.”
Firaun mengatakan: “Kenapa bisa begitu?
Maka Iblis bercerita: “Dulu aku mempunyai seorang teman. Temanku ini memiliki hati yang sangat pendengki. Dia memiliki tetangga yang memelihara seekor sapi yang sehat.
Kemudian datanglah temanku ini kepadaku, “Wahai sahabatku, Iblis…! Apakah aku bisa minta tolong kepadamu.”
Maka Iblis mengatakan: “Apa yang kamu harapkan dariku?”
Maka orang tersebut mengatakan: “Aku ingin engkau membunuh sapi milik tetanggaku ini, aku tidak senang sekali melihat sapinya itu gemuk.”
Kemudian Iblis mengatakan: “Kalau urusan bunuh-membunuh, bukan wilayahku.”
Lanjut Iblis: “Apakah bisa aku ganti saja, aku beri engkau 10 ekor sapi, daripada engkau hanya minta agar aku membunuh sapi milik tetanggamu itu, bukankah engkau lebih beruntung?”
Tapi apa jawaban si pendengki ini?
Dia mengatakan: “Wahai Iblis jangankan 10 ekor, 100 ekorpun aku tak ingin, aku hanya minta kepadamu agar engkau mau dan bersedia membunuh sapi milik tetanggaku, dan hanya itulah kepentinganku datang kepadamu, wahai iblis”.
Iblis mengatakan kepada Firaun: “Inilah bukti bahwasanya pendengki itu adalah sejahat-jahatnya manusia, bahkan dia lebih jahat daripada diriku dan dirimu”.
Barangkali hikayat ini bisa menggugah hati kita, agar kita senantiasa membersihkan diri kita, hati kita dan senantiasa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Salah satu cara untuk menghilangkan rasa dengki adalah banyak berdzikir kepada Allah SWT, seperti mengucapkan kalimat-kalimat Istighfar, La ilaha illallah, Subhanallah, atau juga memperbanyak Shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Barangkali dengan demikian, Allah berkenan membantu kita dengan membersihkan hati kita, agar benar-benar menjadi hati yang mulia, baik tatkala di dunia maupun di akhirat nanti