AHY Jadi Menteri, Untung atau Buntung

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Sepertinya AHY bahagia jadi Menteri Jokowi. Baru sehari menjabat, AHY mulai jadi die hard nya Jokowi. Padahal dia baru masuk kolam (cebong), belum menyelam lebih dalam lagi.

Setelah ditolak sana-sini, pilihan jadi Menteri lawan politik pun jadi pilihan. Sebenarnya ada rasa kasihan, setelah 9 tahun beroposisi dan selalu mengkritik Jokowi, tapi akhirnya rela terima jatah Menteri Jokowi, hanya untuk masa enam bulan. Padahal, justru menteri-menteri yang lain sudah mulai “gerah” (tapi ditahan Jokowi?), AHY malah justru menceburkan diri ke kolam cebong.

Sebelumnya SBY menulis buku yang mengkritik Jokowi soal cawe-cawe nya dalam Pilpres, soal politik dinasti dan keputusan MK yang meloloskan Gibran untuk menjadi cawapres dengan pelanggaran etik berat.

Demi jabatan menteri, idealisme dikesampingkan. Seorang demokrat sangat menentang politik dinasti.

Oleh karena itu, ajakan AHY kepada paslon 01 dan 01 agar segera move on seharusnya terbalik. AHY-lah yang harus move on dari kekecewaannya yang semula gigih dengan slogan perubahan tapi tiba-tiba balik arah gara-gara gagal jadi cawapres.

Rezim Jokowi itu sudah kehilangan legitimasi rakyat, yang tersisa tinggal penghormatan palsu dari pemuja-pemuja dan penjilatnya.

Carut-marut pemerintahan Jokowi sudah sangat parah dan tidak mungkin lagi terselamatkan. Menjelang akhir kekuasaannya Jokowi bakal mewariskan segudang permasalahan bagi pemimpin berikutnya. Di antara warisan masalah rezim Jokowi :

Pertama, Hutang yang sudah menggunung, mencapai 8000 triliun

Kedua, Ekonomi yang terpuruk

Ketiga, Lapangan kerja yang sulit didapat

Keempat, Mafia yang merajalela di semua lini

Kelima Korupsi yang sudah jadi budaya bangsa

Keenam, Disparitas sosial yang sangat tajam

Ketujuh, Semua lembaga negara yang sudah tidak independen, terutama lembaga-lembaga hukum (KPK, MK, MA, Kejaksaan, dan Pengadilan)

Kedelapan,Wibawa pemerintah di dunia internasional terdegradasi

Kesembilan, Kehidupan rakyat makin tercekik, sementara kekayaan hanya dimiliki segelintir orang

Kesepuluh, Negara sudah tergadai kepada China

Kesebelas, Kekayaan alam dikuasai Asing dan Aseng

Kedua belas, TKA China masuk ke Indonesia tanpa kendali

Ketiga belas, Demokrasi telah mati

Keempat belas, Akhlak, moral, dan etika telah mati, hukum jadi bahan permainan penguasa

Kelima belas, Pembelahan bangsa makin tajam, ulama dikriminalisasi, dan oposisi dibungkam

Kata dr. Tifa, Jokowi hanya berkuasa 10 tahun, tapi kerusakan yang dibuat perlu perbaikan selama 200 tahun.

Sudah saatnya berganti rezim dengan orang yang benar, jujur, amanah, cerdas, dan adil.

Jokowi harus segera dimakzulkan biar negara tidak makin hancur.

Bandung, 12 Sya’ban 1445