KH Imam Jazuli: Secara Ideologis, Yenny Wahid tak Menampilkan Sosok Ideal untuk Mewarisi Gus Dur

Secara ideologis, Putri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) tak menampilkan sosok ideal untuk mewarisi mantan Ketua Umum PBNU itu.

“Yenny Wahid memang tidak bisa dipungkiri secara biologis adalah anak kandung Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tetapi, secara ideologis, Yenny tidak menampilkan sosok yang ideal untuk mewarisi Gus Dur,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon KH Imam Jazuli, Lc, MA dalam artikel berjudul “Yenny Wahid dan Kualitas Politiknya”

Tidak mewarisi sikap ideologis Gus Dur, kata Kiai Imam Jazuli, Yenny Wahid tidak punya kebesaran hati dan merangkul pada siapapun. Apalagi pernah secara emosional mendirikan partai politik yang ‘mentah’ dan ‘gagal’.

“Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) didirikan oleh Yenny Wahid pada tahun 2009. Namun, sudah berusia 14 tahun sampai sekarang atau tiga kali periode kepemimpinan malah tidak memiliki perwakilannya di DPR,” ungkapnya.

Berbeda dengan Gus Dur bersama para ulama NU yang mendirikan PKB pada 1998 dan mengikuti Pemilu 1999, mampu tampil mewakili 13 persen suara santri.

“Terbukti Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4. Sampai di sini saja, berat sekali untuk mengatakan bahwa Yenny Wahid mewarisi kualitas-kualitas politik dari ayah biologisnya. Dengan kualitas yang pas-pasan begini, Yenny malah mengkritik Cak Imin yang mampu mengumpulkan 9,6% pada Pemilu 2019,” paparnya.

Kiai Imam Jazuli, kritikan Yenny Wahid, apapun itu, terhadap Muhaimin Iskandar (Cak Imin) lahir dari kebencian mendalam, permusuhan yang dihidupkan terus-menerus. Padahal, Indonesia adalah negara hukum. Apapaun keputusan hukum harus ditaati oleh warga negara. Termasuk keputusan PN Jaksel yang memenangkan PKB Cak Imin. Menolak keputusan pengadilan sama saja menolak hukum yang berlaku.

“Tidaklah perlu berbangga diri dengan meruncingkan perbedaan antara PKB Cak Imin versus PKB Gus Dur/Yenny. Jika ini terus terjadi, maka perbedaan umat bukan lagi sebagai rahmat, tetap akan berubah menjadi laknat. Minimal laknat di dunia, yaitu permusuhan antara kubu Cak Imin dan kubu Yenny membara sepanjang masa. Jika kubu Yenny tidak percaya keputusan hukum dari pengadilan, kepada siapa lagi solusi atas masalah ini bisa dicarikan?” ungkapnya.

Kiai Imam Jazuli mengatakan, kritik tetap harus diapresiasi, namun yang konstruktif, ilmiah, dan berlandaskan hukum. Kritik yang hanya lahir dari kebencian dan permusuhan tidaklah berguna.

“Mungkin saja Yenny Wahid bisa tertawa terbahak-bahak pada acara Kompas TV itu, karena Host bisa memancing emosinya. Tetapi, publik di luar hanya bisa mengelus dada, betapa bobrok figur publik bahkan yang lahir dari pesantren. Tampak sekali mereka mengabadikan permusuhan di antara sesama umat muslim,” pungkasnya.