Seandainya Rocky Gerung Masuk Istana Rezim Jokowi

Oleh: Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Jokowi sangat lekat dengan dunia mistik dan perdukunan. Tidak menutup kemungkinan di istana penuh dengan aura hitam, sehingga kata Prof Mahfud MD : siapa pun juga yang masuk istana bisa berubah jadi iblis. Sepertinya ungkapan itu real bukan metafora. Siapa pun dia, yang ketika “merdeka” sangat lantang bahkan “mengejek” Jokowi, setelah masuk istana bak seekor hewan tertentu yang bisu selain manut sama tuannya.

Coba lihat jejak digital orang-orang yang dulunya vokal membela kebenaran tiba-tiba bisu terhadap kebenaran, bahkan puja-puji Jokowi lalu partainya berubah jadi partai pro Jokowi. Tidak kurang dari nama-nama yang jadi panutan umat, berubah jadi pendukung kedzaliman. Ada nama : TGB, UYM, YIM, KMA, LNYM, PS, SU, MMD, dll. Malah ada yang bukan saja lantang mengkritik, tapi mengejek Jokowi dengan kata-kata : kerempeng (Ngabalin), goblok (Yusril), meledek kebijakan jokowi (Prabowo), dll

Ada pula politisi yang sangat lantang seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah, tapi setelah dianugerahi gelar kehormatan *Bintang Maha Putra* tiba-tiba jadi memble.

Beredar luas kalau Rocky Gerung juga akan dianugerahi gelar kehormatan Bintang Maha Putra tapi untungnya Rocky menolaknya bahkan “menertawakannya”, sehingga Rocky Gerung selamat dari (memasuki) istana. Jika saja Rocky gerung menerima pemberian gelar itu di istana, bakal rontok segala kekritisannya terhadap rezim Jokowi.

Ada beberapa tokoh yang tidak sudi masuk dan menghindari masuk istana sehingga suaranya masih lantang dan menggelegar, yaitu : Habib Rizieq Syihab, Habib Bahar, Emha Ainun Najib (Cak Nun), Gus Nur, termasuk juga Rocky Gerung. Resikonya mereka terus diincar rezim. Mereka adalah orang-orang yang terselamat dari “sihir” istana sehingga tetap kritis dan vokal dalam membela kebenaran dan mengkritik kezaliman rezim.

Sangat sulit memperbaiki dan meluruskan rezim ini, semua itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang peduli, orang-orang yang berakal sehat, bersih hatinya, tidak haus jabatan, tidak tergiur materi, dan tidak silau dengan (amplop) sogokan yang bisa mengkritik rezim Jokowi.

Daya rusak rezim Jokowi sangat dahsyat, bukan saja telah memporak-porandakan negeri yang sudah cukup maju, aman, demokratis, dan sejahtera, tapi juga menjadikan orang-orang yang semula kritis tiba-tiba jadi “dungu” dan arah bicaranya jadi berubah 180⁰.

Waspadalah dengan pengaruh dahsyat istana sebelum Anda benar-benar jadi “penjilat” murahan.

Bandung, 18 Muharram 1445