Mantan Komandan Marinir: 10 Tahun Indonesia Dipimpin Orang yang tak Jelas Pendidikannya

Indonesia selama 10 tahun dipimpin oleh orang yang tidak jelas pendidikannya. Dalam dokumen yang beredar tertulis doktorandus (Drs) tetapi dalam perkembangannya ditulis insinyur (Ir).

“10 tahun kita dipimpin oleh orang yang enggak jelas pendidikannya. kalau orang Jawa bilang kolo-kolo dia pakai Drs tapi begitu jadi presiden saya lihat pakai insiyur,” kata mantan Komandan Marinir Letjen Purn Suharto di akun YouTube, Jumat (4/8/2023).

Kata Suharto, pemimpin Indonesia tidak menghargai sebagai seorang presiden dan ini tidak memberikan baik bagi rakyat Indonesia. “Kemudian juga beberapa yang saya lihat cara berpakaian tidak ada penghormatan sebagai seorang presiden. Jadi kalau menurut saya tidak memberikan pendidikan yang baik kepada rakyat,” jelasnya.

Kondisi bangsa ini, kata Suharto harus dilihat dari ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (Ipoleksosbud) termasuk kemunculan Trisila dan Ikasila bahkan RUU HIP.

“Kalau kita lihat dari hulunya sesungguhnya dalam pemerintahan ini harus dilihat ipoleksosbud. Kita melihat di ideologi kenapa kok dibiarkan saja perkembangan mulai Pancasila jadi Trisila dan ekasila. Ujung-ujungnya bukan karena gotong royong itu tapi lebih cenderung partainya satu. Kalau partainya komunis mau jadi apa kita. kecenderungan ini saya rasakan itu dari dari ideologi,” ungkapnya.

Kata Suharto, dalam persoalan politik, di dalam UUD 45 tidak ada kewenangan termasuk mendapatkan mandat dari rakyat. “Saya baca UUD 45 dan Pancasila itu nggak ada kok yang mengarah ke partai kita mau tanya sekarang partai mana yang punya legal standing dari rakyat. Dari rakyat mereka kaya dan punya uang serta berubah menjadi dengan oligakar politik,” tegasnya.

Dari segi ekonomi, kata Suharto, di era pemerintah saat ini lebih amburadul dengan utang yang menumpuk. “Setelah dilantik menjadi presiden mengungkapkan memindahkan ibu kota. Kalau orang jawa kemlinti,” ungkapnya.

Rasa malu di Rezim Jokowi tidak ada, anak dan menantu menjadi wali kota bahkan anak bungsunya dipromosikan menjadi calon wali kota Depok.

“Kalau menurut saya sekarang budaya malu sudah tidak ada tidak ada, anaknya diangkat menjadi pejabat,” pungkas Suharto.