Berbahagialah, Allah Takdirkan Menjadi Amil

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Berbahagialah, hidup kita bila hari-hari ini masih ditakdirkan oleh Allah sebagai amil. Berbahagialah, karena kita sejatinya punya lebih banyak peluang untuk beramal saleh dan membantu banyak orang yang memerlukan bantuan dalam kehidupannya. Menjadi amil juga salah satu cara kita bersyukur dan berterima kasih pada Allah atas nikmat-Nya. Dengan menjadi amil, kita bisa memaksimalkan nikmat tubuh dan jasad kita ini untuk kebaikan dan amal saleh yang kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Dengan atau tanpa menjadi amil, sejatinya kita tetap akan diminta pertanggungjawaban tentang kesehatan tubuh yang kita gunakan, tentang mata dan telinga, serta penciuman yang kita gunakan untuk melihat, mendengar, dan mencium sesuatu. Semuanya pasti dihisab.

Nah, dengan menjadi amil, mudah-mudahan mata, telinga dan penciuman kita menjadi saksi yang baik dan meringankan atas segala dosa dan kesalahan kita dalam kehidupan yang dijalani.

Harapannya, dengan menjadi amil yang baik dan senantiasa ikhlas, mudah-mudahan Allah memberikan ampunan atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat.

Di sinilah perlunya meluruskan niat ketika menjadi amil. Agar pekerjaan amil yang kita sandang benar-benar akan menjadi pekerjaan terbaik dalam hidup dan mampu menjadi pemberat amal saleh di akhirat.

Meluruskan niat ini maknanya lurus selurus-lurusnya. Kita tidak boleh tergoda oleh harta dan kemewahan hidup. Apalagi saat kita bertugas sebagai amil, kita sedang memegang harta orang lain.

Ingatlah selalu bahwa bila sekali saja kita tergoda dan tergiur untuk mendahulukan kepentingan kekayaan yang ingin kita nikmati, pasti mendapatkan dosa dan celaka. Kekayaan yang ingin kita nikmati dan terus berambisi dalam mewujudkannya, sejatinya tidak akan dibawa mati. Kita akan menghadap-Nya melalui jalan kematian hanya dengan bertutup kain kafan tanpa hiasan dan lembarnya juga telah ditentukan.