Anies Memang Hebat, Cocok Jadi Presiden

Oleh: Memet Hakim (Pengamat Sosial dan Ketua Wanhat APIB)

Gubernur di RI ini ada 34 orang, tapi yang disoroti cuma Anies. Mantan Gubernur DKI juga ada beberapa orang, tapi cuma Anies yang beprestasi dan prestasinya dirasakan warga DKI pada umumnya. Anies cuma bisa disejajarkan dengan Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI ke 7 tahun 1967-1977.

Keduanya memiliki kesamaan yakni tidak disukai oleh presidenya. Kalo Ali Sadikin tidak disukai karena ikut petisi 50 (setelah selesai masa jabatan Gubernur DKI), Anies tidak disukai karena berani menghambat keinginan pengusaha non pri untuk memperluas areal dengan reklamasi (saat masih menjabat Gubernur DKI)
Persamaan lainnya adalah keduanya lahir di Jawa Barat. Bang Ali yang biasa kita sebut, lahir di Sumedang sedang Anies lahir di Kuningan.

Dalam sejarah presiden RI yang berasal dari Gubernur (DKI) baru Jokowi, lainnya tidak ada. Jika Anies berhasil menjadi presiden sebenarnya napak tilas Jokowi. Bedanya Jokowi tidak tuntas jadi Gubernur, sedang Anies tuntas. Soal prestasi keduanya tidak usah dibahas karena memang berbeda.

Perbedaan Jokowi dan Anies yang paling menonjol adalah integritasnya. Jokowi sering berbohong dan memecah belah rakyatnya, sedang Anies memenuhi janji nya dan ingin menyatukan rakyatnya. Soal korupsi sifat keduanya juga berbeda.

Jika Jokowi dibentengi aparat, sejak paswalpres, para jenderal purn & aktif, politikus sampai buzzer, Anies hanya dibentengi oleh rakyat para pendukungnya saja. Lihatlah bagaimana Anies dibuli sejak jadi Gubernur sampai sekarang selesai jadi Gubernur. Bayangkan sampai ada 1 partai yang khusus tugasnya membuli Anies dan ada partai besar yg selalu menyalahkan Anies. Tapi berkat tekanan itu semua, justru Anies berhasil dengan baik karena bulian dibalas dengan fakta. Para pembuli seringkali mati langkah.

Apa saja yang di kerjakan Anies di mata para pendengkinya selalu salah. Sampai ada anekdot banjir entah dimana yg salah juga tetap Anies. Mottonya Anies harus salah titik.

Hebatnya Anies, tanpa membayar upah sedikitpun, “rakyat mendukung dengan hati, semakin dibuli semakin dicinta”. Rakyat inilah yang membela Anies dari bulian para pendengkinya. Di lingkaran dekat Anies ada banyak para pemuda yang membantunya. Belum terlihat ada jendral atau para ahli yang terlibat langsung menjaganya. Para relawan baik yg formal dalam kelompok maupun perorangan, ibarat pasukan tempur tanpa Panglima besar, tetapi mereka tahu persis bagaimana harus berbuat dibawah para Ketua Relawan. Suatu saat memang harus ada komandan jendralnya.

Jokowi dibantu para konglomerat non pri yang ingin menjegal Anies dengan berbagai cara selalu gagal, karena rakyat yang menjaganya. KPK dan MK mau menjerat Anies, begitu banyak para pembelanya baik lewat medsos maupun lewat jalur hukum. Moeldoko mau mencopet partai Demokrat sudah beberapa kali juga tidak berhasil. Rupanya di dalam rejim Jokowi banyak juga pendukung yang silent, berbeda di kelompok pendukung Anies, tidak ada yg dukung Jokowi.

Terakhir lewat drama pencopotan Menteri Jhoni G Plate, setelah dibuka ternyata banyak nama yang teribat termasuk presidennya sendiri. Hukum penuh drama, sampai isu JIS yang viral. Alih alih para menteri mau mendiskreditkan Anies, hasilnya malah terbalik. Semua pembela Anies adakah rakyat, semuanya gratis. Bahkan Anies berangkat haji aja masih dibuli, tapi seperti biasa Anies tidak pernah membela diri, para pembuli diam sendiri setelah melihat faktanya. Begitu sulitnya mencari kesalahan Anies ya.

Walau sering disebut kadrun, ternyata dukungan Anies bukan dari umat muslim saja, memang Anies beda. Agama tidak dijadikan politik praktis, tidak menyudutkan agama tertentu, apalagi agama Islam agamanya sendiri. Berbeda terbalik dengan rejim, mengaku agama Islam tapi gak suka Ulama yang lurus, sampai Ulamapun harus diburu, balihonya pun tidak boleh tampak.

Anies terlihat dari sifatnya bukan pendendam dan ingin mempersatukan rakyat, ini mungkin salah satu sifat yang disukai rakyat, sehingga rakyat bersedia menjadi bentengnya Anies.

Tidak salah jika ada pengamat memprediksi akan terjadi perang terbuka antara rakyat dan presidennya, jika Anies tidak berhasil menjadi presiden akibat kecurangan dan penjegalan. Mengerikan sekali ya, rakyat kok perang sama presidennya, aneh tapi nyata. Kalo perang nir militer sekarang juga tengah berlangsung.

Kasus menarik lainnya adalah banyaknya para pendukung Anies dari partai koalisi pemerintah, misalnya saja koalisi Kuning Ijo Biru, casingnya tetap dibawah kendali presiden, tapi kontennya mendukung Anies.

Walau Jokowi didukung kelompok pengusaha non pri seperti Yusuf Wanandi cs, tapi sepertinya mereka harus berhitung lagi jika ingin tetap survive. Angin sepertinya tidak bertiup kesana, berbalik arah. Rakyat tidak mau dibawah kendali oligarki lagi, tapi oligarki yang harus dikendalikan oleh rakyat. Indonesia negara merdeka yang diwarnai dengan tetesan darah para pahlawan.

Bandung, 09.07.2023