Manuver Rezim Jokowi Men-Downgrade Anies Melalui JIS Gagal Maning

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Renovasi JIS hanya pengalihan issue korupsi BTS yang melibatkan banyak pejabat, bukan saja melibatkan Menpora Dito Ariotedjo, suami Puan dan Happy Hapsoro, tetapi juga disebut-sebut melibatkan Jokowi dan anak-anaknya. Pantas saja begitu Dito dipanggil kejaksaan, besoknya ada “orang misterius” yang mengembalikan uang tunai 27 miliar ke Kejaksaan Agung. Diduga di belakang Dito banyak pejabat yang bakal terseret korupsi. Seriuskah Kejakgung menangani kasus korupsi BTS ini ?

Kenapa harus ngurusi JIS ?

Begitu bersemangatnya rezim Jokowi untuk “menghancurkan” reputasi Anies melalui JIS dengan dalih renovasi, akhirnya menjadi bumerang. Terjadi penolakan besar-besaran. Penolakan bukan saja datang dari masyarakat Indonesia, tapi juga masyarakat internasional mengecamnya. Eric Tohir menjadi bahan olok-olok wartawan luar negeri. Jika rezim Jokowi tetap mau mengobok-obok JIS, ada potensi gelaran Piala Dunua U-17 dibatalkan, karena dianggap adanya intervensi politik dari pihak rezim Jokowi.

Semua ini berawal dari pernyataan Menpora Dito Ariotedjo yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi menginstruksikan agar JIS direnovasi. Nah para menteri pun berlomba mencari-cari kekurangan JIS yang (katanya) belum standar FIFA. Eric Tohir mempermasalahkan akses pintu yang baru satu dan perparkiran, Menteri PUPR Basuki Hadimulyono memasalahkan soal rumput yang belum standar,, ada lagi yang mempermasalahkan akses Bus para pemain, yang tidak bisa dimasuki Bus besar, dll. yang kesemuanya itu hanya dilandasi atas “kata-katanya…” . Padahal orang yang memberi informasi adalah orang yang bukan ahli dan gak paham permasalahan. Merasa mendapat celah kelemahan (karya) Anies, akhirnya digoreng sedemikian rupa (hanya) untuk menjatuhkan Anies Baswedan.

JIS adalah stadion berkelas internasional berstandar FIFA yang dibangun oleh 100% tenaga ahli dari dalam negeri dengan konsultan khusus dari Inggris rekomendasi FIFA, yaitu *Buro Huppold* Tapi gara-gara intervensi rezim “dungu”, nama JIS saat ini hilang dari situs Buro Huppold.

Para ahli baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah menyatakan bahwa JIS itu sudah standar FIFA, bahkan banyak kalangan yang menyatakan telah melebihi standar FIFA. Hanya karena urusan politik pencitraan dan kebenciannya kepada Anies, JIS sengaja diobok-obok untuk mencari panggung politik. JIS mau dirnovasi.Tak tanggung-tanggung biaya renovasinya mencapai 5 triliun, padahal pembangunannya saja cuma menelan 4,5 triliun. Jika nalar rezim waras, harusnya dengan dengan dana sebesar itu bikin stadionbaru saja, bukan merenovasi bangunan yang sudah ada dan masih baru.

Anies sendiri menanggapinya santai saja, dan menyatakan kalau JIS itu bukan milik dirinya, tetapi milik bangsa Indonesia. Artinya Anies tidak merasa sakit hati jika JIS mau direnovasi. Tetapi masyarakat yang berakal sehatlah yang menentang renovasi itu, karena tidak proporsional dan sarat muatan politik, juga bisa menjadi lahan korupsi baru.

Jika rezim Jokowi tidak juga menyadari bahwa dengan men-downgrade Anies Baswedan dipastikan berujung jadi bumerang, blunder, dan kontra produktif. Rakyat menilai kalau Anies sudah on the track, berada di jalur yang benar, sehingga mayoritas rakyat Indonesia berada di belakang Anies dan mendukung sepenuhnya langkah Anies.

Pada akhirnya bukan saja para Menteri yaitu Dito Ariotedjo, Eric Tohir, dan Basuki Hadimulyono yang dipermalukan masyarakat Indonesia dan dunia, tapi juga citra buruk kepada Jokowi, menambah refensi buruk yang selama ini sudah dicap masyarakat.

Adakah peristiwa ini menjadi penyadaran dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang punya penyakit hati ? Wallahu a’lam

Bandung, 19 Dzulhijjah 1444