Watak Bohong Rezim Jokowi Bukan Cermin Rakyat Jawa!

by Faizal Assegaf (kritikus)

Kesadaran rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur mulai tergerak oleh dentuman perubahan yang disuarakan jejaring oposisi dan Anies Baswedan.

Di kedua wilayah itu, isu perubahan berpotensi memicu kebangkitan identitas dan nilai-nilai budaya yang selama ini dimanipulasi oleh praktek demokrasi yang tidak berkeadilan.

Rakyat Jawa telah lama diposisikan sebagai penonton terbesar atas perampokkan kekayaan alam dan penindasan sosial-ekonomi di republik ini.

Merosotnya sumber daya Jawa dalam realitas negara bangsa adalah daya rusak terhadap masa depan seluruh keragaman etnis dalam kehidupan nasional.

Sebaliknya, kebangkitan rakyat Jawa dengan berbagai potensi yang tersedia sangat dinantikan oleh rakyat di Indonesia Timur dan Indonesia Barat.

Jawa dengan populasi etnis terbesar merupakan lokomotif terdepan dalam bernegara. Tapi faktanya telah lama ditidurkan di tengah arus kemajuan zaman.

Kemiskinan masif dan tekanan ekonomi yang semakin mengerikan di Pulau Jawa harus dihentikan. Perlunya tranformasi perubahan yang revolusioner dan konstruktif.

Desakan people power yang belum lama ini muncul di Solo, yang dimotori kelompok perubahan adalah pemberontakan politik moral untuk menyadarkan seluruh bangsa Indonesia.

Gerakan tersebut suka atau tidak, telah bergulir menghentak kesadaran di akar rumput rakyat Jawa dan menyedot perhatian serius rakyat di luar Jawa. Tekat yang kuat melawan perilaku kebohongan rezim Jokowi.

Di waktu yang sama, Anies Baswedan menegaskan bahwa praktek bernegara telah berubah menjadi mafia di berbagai sendi kehidupan. Suara Anies mewakili sikap kritis rakyat yang makin resah dan gusar.

Sebelumnya Susi Pujiastuti membongkar setiap tahun negara dirugikan 300 triliun dari potensi laut. Mahfud MD membongkar skandal Kemenkeu 349 triliun dan sejumlah ekonom menghitung kerugian pajak dan tambang hampir seribu triliun.

Realita itu menegaskan apa yang disuarakan Anies Baswedan adalah fakta yang tak terbantahkan. Namun Ganjar dan Prabowo masih saja sibuk berburu restu dari rezim Jokowi.

Prabowo dan Ganjar bernafsu mempertahankan parade kemiskinan dan ketidakadilan dengan membela dan memuji Jokowi yang semakin bobrok. Aneka kejahatan bernegara tak dipedulikan.

Kedua boneka Istana tersebut asyik menikmati empuknya daging kekuasaan. Membiarkan rakyat bertahan hidup dengan sisa-sisa tulang pembangunan nasional yang tidak adil.

Wajar bila rakyat Jawa yang kehilangan hak sosial-ekonominya mulai tersadarkan. Melihat kekayaan alam dan potensi ekonomi sodaranya di luar Jawa terus dirampok demi memperkaya segelintir orang.

Parilaku kobohongan rezim Jokowi adalah asbab semua kekacauan bernegara terjadi. Watak bohong itu jelas bukan tabiat rakyat Jawa yang telah terbukti sangat anti kolonialisme.

Sudah saatnya rakyat Jawa bersama seluruh keberadaan rakyat dari berbagai etnis di Indonesia bangkit melawan kebohongan. Angin perubahan telah dihembuskan, saatnya bersatu lawan ketidakadilan!