Pengamat Sosial: Dipilih 75 Persen Rakyat Indonesia, Anies belum Tentu Menang Lawan KPU, MK dan Istana

Anies Baswedan dipilih rakyat hampir 75 persen rakyat Indonesia tetapi belum tentu menang melawan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Istana.

“Walaupun Anies didukung dan dipilih sampai 75% rakyat pribumi sekalipun, belum tentu menang lawan KPU. KPU, MK, aparat, Istana semua 1 kubu. Mereka bisa berbuat apa saja dengan bantuan aparat bersenjatanya, dengan uangnya dengan kekuasaannya, yan penting menang. Ukuran moral atau etika tidak penting buat penguasa saat ini,” kata pengamat sosial Memet Hakim kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (14/12/2022).

Kata Memet, rakyat Indonesia akan mudah dipadamakan jika melakukan protes bahkan demo besar melawan kecurangan terhadap Anies Baswedan di Pilpres 2024.

“Memangnya relawan bisa berbuat apa jika kelak Anies dikalahkan secara curang? Senjata tidak punya, berantem tidak bisa, kuasa juga tidak punya. Boikot ? Rakyat Indonesia tidak biasa melakukannya berbeda dengan bangsa lain yang bisa melakukan boikot,” ungkapnya.

Memet mengatakan, menghadapi pesaing yang curang, tidak bermoral tidak bisa dengan senyum saja. Waktu pilgub di DKI Anies bisa menang, karena dulu ada pasukan relawan yang setiap saat berjuang di jalanan. Pasukan ini hilang begitu saja setelah Anies jadi Gubernur. Sejarah Ini jangan dilupakan.

“Apakah relawan sekarang siap untuk itu? Siapkah mengawal KPU alat legitimasi kecurangan dan siapkah mengawal MK yg telah berubah fungsi menjadi Mahkamah Keluarga. Apakah sudah siap mencegah pembunuhan para petugas KPPS di lapangan ? Beranikah relawan meredam aksi tertutup konglomerat non pri yang tidak mau kehilangan kesempatan berbisnis dan berkuasa seperti sekarang ?. Rezim itu sangat kuat, tembok bentengnya tebal dan tinggi, tapi bukan tanpa kelemahan juga. Kalau tidak siap menghadapi itu semua sebaiknya jangan terlalu berharap Anies jadi Presiden,” papar Memet.

Anies juga terlihat gamang jika mendekat ulama lurus yabg sering disebut radikal, intoleran dan teroris. Mantan Rektor Universiras Paramadina Jakarta ini terlihat ingin aman, seorang safety player.

“Padahal berkat perjuangan merekalah Anies bisa menang lawan pesaingnya dulu. Mereka pahlawan yg tidak punya interes apapun, mereka hanya ingin dilindungi dan diakui haknya sebagai rakyat pribumi pemilik negeri ini,” pungkasnya.