Muka Badak

Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Merah Putih)

Gimmick – gimimick yang dia lakukan selama ini, melalui rilis data BPS, survei-survei kepuasan publik, mobilisasi buzzer, ternyata tidak mampu menahan gempuran kecaman publik atas dirinya.

Survei Kompas bahwa 73,9℅ rakyat puas dengan kinerja Presiden. Kebobolan survei lain kontras 180 derajat. Seperti angin lisus komandan kurawa istana dan parpol koalisi yang buru buru promosi langsung nyungsep.

Saat ini tetap saja muncul : “Intelektual sebagai antek penguasa yang mengabaikan, bahkan merasionalisasi, kejahatan negara” ( Antonio Gramsci – 1971 ) dengan lugasnya bohong dalam menyampaikan kebenaran.

Satu persatu pasukan pemburu perpanjangan jabatan presiden, atret nabrak tembok. Bahkan sang komandan skenario yang ketahuan publik sebagai dalangnya sumpah serapah tidak terlibat.

Buru buru sang Presiden pidato tetap taat konstitusi, sayang narasinya pandir dengan berlindung di balik tabir  demokrasi silahkan wacana untuk perpanjangan masa jabatan diteruskan. Dikira bisa meredam keadaan yang terjadi justru keadaan suhunya makin naik karena ada indikasi amunisi bullyan dari Istana.

Di wilayah lain baru ada titah untuk IKN tidak ada lagi wacana demokrasi – karena sdh ada UU IKN. Jadi kalau nanti untuk perpanjangan  jabatan dan atau untuk 3 ( tiga ) periode sudah ada payung hukumnya tidak ada lagi demokrasi.

Benar benar hebat pencetus teori politik petak umpet, atau esuk tempe sore dele, masih coba di mainkan. Beginilah teori politik paling mutahir sembunyi di tempat yang terang benderang. Gimmick sudah basi, masih dipoles sana sini

Apa mungkin sedang buat skenario lain, rilis berita Bill Gates, Elon Musk, dua super miliarder dunia, atau coba sedang cari Bank titil dunia yang mau meminjamkan uangnya,  bantu Indonesia. Kembali mikir harus hutang kemana lagi untuk impor bahan makan dalam negeri.

Ketika beberapa negara siap siap nimbun sembako. Akibat serangan Om Putin ke Ukraina, cukup berbahaya bagi stok pangan dunia ( penimbunan sejalan global ), apabila berubah menjadi perang dunia ke 3 ( tiga ).

Politik akal sehat tampaknya sedang memasuki ruang gawat darurat di negeri ini. Akibat tiba tiba Indonesia menjadi subur lahirnya politisi badak, tidak tau malu.

Rezim ini ngotot mempertahankan kedudukannya adalah ciri para penguasa muka badak, bersamaan semakin lama semakin menjamur politisi bermuka badak.

Jika gagasan atau kebijakannya gagal, semestinya mereka langsung mundur, tanpa harus dimundurkan oleh rakyat. Ini malah minta diperpanjang masa jabatannya.

Rezim ini sedang menuju kamar Gawat Darurat dengan meluasnya tendensi “timokrasi” (kekuasaan gila popularitas), tata kelola negara, bahkan di tengah ancaman ekonomi ( makanan rakyat ) yang makin sulit, ancaman wabah, cenderung mengedepankan proyek mercusuar dan kehebatan permukaan ketimbang meringankan derita rakyat karena aneka impitan;

Kenapa fenomena sangat rendah, tidak beradab dan tak punya malu itu malah mendominasi di Indonesia? Padahal sangat berbahaya kalau rakyat sampai apatis dan tidak mempercayai para pemimpinnya.

Apabila rakyat tak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan apabila omongan penguasa tidak boleh dibantah dengan kebenaran itu artinya pasti terancam.