Jaman Kalabendu

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Saiki jamane jaman edan, yen ora melu edan ora keduman. Sak bejo bejane wong kang lali, luwih bejo wong kang eling lan waspodo (sekarang ini adalah zaman edan, jika tidak ikut edan maka tidak akan dapat bagian)

Itul pertanda kita berada dalam zaman “Kalabendu” (masa krisis multidimensi) – hanya orang yang selalu ingat dan waspada yang akan selamat dan menyambut kembalinya masa kalasuba (masa kejayaan)

Begitulah beberapa petikan sabda dari ramalan Prabu Jayabaya. Kondisi ini akan dialami oleh umat manusia pada saat zaman Kalabendu (zaman malapetaka atau huru-hara) dan saat ini telah terjadi dimana mana.

Akan terjadi “orang mencari makan seperti gabah ditampi, yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset yang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepit yang angkuh menengadah, yang takut malah mati namun yang ngawur dan ugal ugalan malah makmur, yang berhati-hati mengeluh setengah mati”

Petikan ramalan seorang pujangga  (“Prabu Jayabaya“) , seperti memberi petunjuk bahwa kondisi – kondisi yang diramalkan diatas, hari ini sedang terjadi dan kita hadapi dalam realitas kehidupan nyata masyarakat kita, saat ini.

Kalau kondisi seperti ini terus berlangsung, cepat atau lambat rakyat dengan caranya sendiri sendiri pasti akan bangkit melawan.. :

“When justice fails, public opinion takes over. When the law is lost in the extremes of legalism, or bends under the weight of money, mobs begin to burn and murder”.
(Ketika keadilan gagal, opini publik mengambil alih. Ketika hukum tersesat pada kejumudan Undang-Undang atau bengkok karena uang, massa mulai  akan membakar dan membunuh )

Jika kondisi ini ada kemiripan untuk benar, huru hara besar hampir pasti akan terjadi untuk kembali ke masa yang terang, maka bisa benar kata Rocky Gerung, bahwa masa paling gelap adalah waktu menjelang fajar. Artinya akan datang pula pada pencerahan pasca masa kegelapan yang terjadi saat ini.

Kata Jayabaya : tunggulah kemunculan zaman Kalasuba (zaman kejayaan) kembali bangsa Nusantara ini melalui datangnya Satria Pinandito Sinisihan wahyu yang Tuhan utus untuk membalikkan kondisi keadaan Kalabendu menjadi kondisi Kalasuba.

Hanya semua tidak akan datang dengan sim salabim harus dilalui dengan perjuangan “Amar ma’tuf nahi mungkar”. Prof. Din Syamsudin mengingatkan :  “Ketika manusia sudah tidak ada yang mau melakukan amar ma’ruf nahi mungkar maka alam akan bertindak”.

Mengatasi masa gelap, karena kalapnya prilaku para penguasa, harus dengan perjuangan mengingatkan agar para penguasa tetap eling ( ingat ) agar masa Kalabendu ini segera berakhir. Bahkan sangat mungkin dengan perjuangan fisik untuk mengakhirinya.