Pemilih Parpol Pemerintah Dukung Anies

Oleh: Abdurrahman Syebubakar (Kritikus Sosial Politik)

ANIES Baswedan identik dengan aspiran capres kelompok oposisi. Ia diasumsikan hanya didukung dan akan dipilih oleh konstituen parpol di luar pemerintah dan kelompok yang mengambil sikap oposisi.

Konstituen parpol pemerintah, terutama PDIP sebagai parpol terbesar penyokong kekuasaan saat ini, diduga tidak memberikan dukungan kepada Anies. Kendatipun mereka telah terpapar kualitas personal dan kinerja cemerlang Anies selama memimpin Ibu Kota.

Pasalnya, konstituen PDIP masuk dalam ceruk pemilih sosiologis dan pemilih psikologis yang pilihannya dipengaruhi sentimen politik identitas dan ikatan emosional dengan trah Soekarno, yang diwakili Megawati. Di tubuh parpol kepala banteng ini, pemilih rasional bukan arus utama.

Namun, dugaan Anies bukan pilihan dari konstituen parpol pemerintah tidak sinkron dengan peta elektabilitas para aspiran capres yang terungkap lewat sejumlah survei selama ini.

Meskipun sebagian besar suara parpol pemerintah belum mengarah ke Anies jika pilpres dilaksanakan saat ini, sebagian menyatakan memilih Anies, dengan proporsi variatif antar parpol.

Berdasarkan survei Trust Indonesia Research & Consulting yang dilaksanakan Januari 2022 dengan 1200 responden di seluruh provinsi, Anies meraup 23% suara PPP, 17.4% PAN, 16.5% Golkar, 15.5% Gerindra, 10.6% Nasdem, dan 9.3% suara PKB.

Sementara, lebih dari 7% suara PDIP diraih Anies, yang kemungkinan besar merupakan pemilih rasional yang melihat Anies sebagai figur capres paling berkualitas. Memang, pemilih Anies didominasi pemilih rasional karena tertarik dengan kualitas personal, gagasan, rekam jejak integritas dan kinerja Anies.

Selain itu, cukup besar suara “parpol non-parlemen” yang pro pemerintah, mengarah ke Anies. Setengah (50%) suara PKPI memilih Anies, disusul 33% PBB dan 18% Perindo.

Secara umum, pemilih Anies dari “parpol pemerintah” dan “parpol non-parlemen pro-pemerintah” merupakan pemilih rasional yang akan terus membesar menuju pilpres 2024.

Pun pemilih dua parpol oposisi (PKS dan Partai Demokrat), akan semakin banyak yang mendukung Anies dengan makin terungkapnya kualitas personal dan kinerja cermerlang sang gubernur Ibukota.

Terlebih, konstituen parpol yang memilih capres dengan alasan “berasal dari parpol yang didukung” sangat sedikit, tidak lebih dari 1%. Artinya faktor figuritas capres yang paling menentukan menang-kalah dalam pilpres.

Seturut dengan itu, proporsi pemilih yang “tidak mantap memilih capres” dan yang “belum menentukan pilihan (undecided voters),” masih cukup besar, di atas 40%. Pada akhirnya, ceruk suara ini akan mengarah ke Anies setelah keunggulan komparatifnya dibanding capres lain terkuak ke ruang publik secara lebih luas.

Dus, Anies menjadi “pasangan capres” paling berpeluang menang pada pilpres 2024, siapapun cawapresnya. Bahkan sekalipun head-to-head dengan pasangan Prabowo- Puan.

Berdasarkan simulasi pasangan beberapa Capres dan Cawapres oleh Trust Indonesia Research & Consulting, di mana Anies didampingi sejumlah nama seperti Sandi, Ganjar, Puan, dan AHY, “duet Anies” tetap unggul.

Hal tersebut menunjukkan kuatnya daya tarik (magnet) elektoral Anies ketika berpasangan. Sebab, dalam tradisi politik elektoral kita, kemenangan pasangan capres-cawapres lebih banyak ditentukan sosok capres. Sementara, cawapres sifatnya mendongkrak akseptabilitas dan elektabilitas pasangan calon.

Dengan karakter kepemimpinan otentik yang melekat padanya, Anies akan menjadi presiden RI yang tidak saja mampu membawa Indonesia keluar dari jebakan krisis saat ini. Tetapi juga kompeten dalam memandu bangsa Indonesia guna menyongsong masa depan yang lebih baik.

Pemimpin otentik tidak saja cakap pada tataran operasional, tetapi juga memiliki visi besar dan tekad politik kuat untuk membongkar sistem oligarkis yang ekstraktif dan tidak berkeadilan.

Semoga!