Indonesia akan Hancur dan Lenyap

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Dendam sang penakluk (terlihat dalam buku Dendam Sejarah Khubilai Khan di Tanah Jawa .. ). China tetap eksis sebagai penakluk sekalipun cuaca berubah. Mereka memegang teguh ajaran dan filsafat Sun Tzu seni perang – politik itu bisnis dan bisnis itu  perang.

Sun Tzu menulis : “Serang mereka di saat mereka tak terduga, di saat mereka lengah. Haluslah agar kau tak terlihat. Misreriuslah agar kau tak teraba. Maka kau akan kuasai nasib lawanmu. Gunakan mata mata dan pengelabuan dalam setiap usaha. Segenap hidup ini dilandaskan pada tipuan”

Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik, padahal tidak. Jendral yang memenangkan setiap pertempuran bukanlah jagoan sejati. Membuat musuhmu kalah tanpa bertempur itulah kuncinya. Lebih baik menjaga keutuhan negeri daripada menghancurkannya. Mengalahkan lawan tanpa bertempur itulah puncak kemahiran”

Pasca pelengseran Suharto dengan dalih masuk ke alam reformasi, semua tembok pengaman negara satu persatu runtuh dan jebol.

Di era BJ. Habibie lahir Instruksi Presiden no 26 tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan non Pribumi – sebuah keputusan yang menghilangkan akar sejarah terbentuknya NKRI. Timor Timur lepas yang dengan pengorbanan 3.372 prajurit TNI dan perjuangan rakyat sia-sia.

Di masa pemerintahan Gusdur, lahir Keputusan Presiden no 6 tahun 2000 tentang : Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China – mencabut Instruksi Presiden no 14/1967 yang melarang etnis China merayakan pesta agama dan menggunakan huruf huruf China.

Di saat Presiden Megawati lahir Keputusan Presiden no. 19 tahun 2002  Tetang Imlek menjadi hari libur nasional. Pada point ‘b’ disebutkan bahwa Tahun Baru Imlek merupakan tradisi masyarakat  China yang dirayakan secara turun-temurun diberbagai wilayah di Indonesia.

Di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lahir Keputusan Presiden no.12 tahun 2014 tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera no. SE – 06/Pres. Kab.
/6/1967 mencabut sebutan China menjadi Tionghoa – sebutan menjadi sebutan orang atau komunitas Tionghoa. Juga mengubah sebutan Republik Rakyat China menjadi Rebuplik Rakyat Tiongkok.

Sampailah puncaknya pada era Presiden Jokowi dengan 4 kali amandem – UUD 45 asli berubah. Serbuan China sesuai ajaran Sun Tzu telah sampai pada jantung  pusat kekuasaan negara.

Perjalanannya bangsa dengan susah payah telah di jalani dan diperjuangkan selama ini hari ini berakhir. Hak indigenous people telah di langgar, prinsip dan teori tentang terjadinya sebuah negara yang dikenal dengan Trilogi Pribumisme sudah dihancurkan dan sudah tiada.

Tidak lagi diakuinya Pribumi sebagai pendiri dan pemilik negara paska Psl. 6 ayat (1 ) UUD 45 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli diganti dengan Calon Presiden dan Wakil Presiden harus Warga Negara Indonesia, sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri …

Mimpi Khubilai Khan pada abad 13 telah sampai waktunya, pada abad itu mereka mengerahkan ribuan kapal dan gagal. Saat ini cukup dengan cara menjinakan Barongsai dengan modal angpao sedikit skenario sampailah pada waktunya China untuk akan menguasai negara Indonesia. Indikasi kuat China akan memindah Ibukota tampaknya tanpa perlawanan bahkan Presiden dengan seluruh kekuatannya dengan semangat mewujudkan dengan ugal ugalanya. Tidak menyadari ini hakekatnya adalah perang rakyat Indonesia dengan RRC. Dan Indonesia sudah terkooptasi perangkap One Belt One Road (OBOR) China.

Mengalahkan lawan tanpa bertempur itulah puncak kemahiran” Indonesia akan hancur dan lenyap.