Anak Akidi Tio tak Ditahan, Muncul Kecurigaaan

Uncategorized

Anak Akidi Tio Heriyanty yang telah membohongi Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri terkait sumbangan Rp 2 triliun memunculkan kegaduhan nasional dan tidak ditahan memunculkan kecurigaan publik. Kasus ini bisa dibandingkan dengan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang didakwa berbohong kasus RS Ummi ditahan serta dijatuhi hukuman empat tahun penjara.

Demikian Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah dalam pernyataan kepada wartawan, Sabtu (7/8/2021). “Kasus ini keluarga almarhum Akidi Tio telah membohongi institusi negara, dalam hal ini Polda Sumsel. Dia bisa dianggap telah melecehkan institusi negara itu,” katanya.

Amir Hamzah (IST)

Kata Amir, sumbangan itu telah menghebohkan seisi negara, karena bukan hanya diberitakan semua media massa di Indonesia, tapi juga disambut para buzzer dengan narasi-narasi yang menyudutkan umat Islam.

“Jadi, kasus ini sebetulnya tak hanya bisa dilihat bahwa keluarga almarhum Akidi Tio telah membohongi polisi, dalam hal ini Polda Sumsel, namun juga membohongi publik dan telah menciptakan kegaduhan yang luar biasa,” katanya.

Ia mencurigai kasus prank sumbangan Rp2 triliun keluarga Akidi Tio merupakan sebuah operasi intelijen, karena belum pernah terjadi sebuah institusi negara dikibuli dengan cara yang luar biasa menghebohkan.

“Saya khawatir ini operasi intelijen untuk menguji sejauh mana kedekatan aparat dengan warga etnis Tionghoa,” ungkapnya.

Ia menyebut alasan kekhawatirannya itu.

Pertama, nilainya yang luar biasa fantastis, bahkan mungkin yang terbesar yang pernah diberikan rakyat Indonesia kepada negaranya, dan ternyata hanya prank.

Kedua, Polda Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai pihak yang menerima sumbangan, terlalu cepat mengeksposnya. Padahal, sumbangan tidak dalam bentuk cash, melainkan bilyet giro yang dananya katanya dalam proses ditransfer.

Ketiga, para buzzer langsung merespon dengan narasi-narasi yang dapat memecah belah antara etnis Tionghoa dengan kelompok masyarakat yang lain, khususnya umat Islam.

“Selama ini kita tahu bahwa para buzzer bereaksi atas perintah koordinatornya yang disebut Kakak Pembina, dan narasi mereka juga relatif seragam,” katanya.