Tak Punya Adab, Lieus Sungkharisma: Nikita Mirzani bukan Pahlawan

Nyinyiran Nikita Mirzani atas kepulangan Habib Muhammad Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia ternyata mengundang banyak reaksi. Selain ada yang pro, tak sedikit pula orang yang menyesalkan dan marah atas ucapan perempuan yang mengaku artis Indonesia ini.

Salah seorang yang bereaksi keras atas nyinyiran Nikita itu adalah Lieus Sungkharisma. Tokoh Tionghoa yang juga koordinator Forum Rakyat ini bahkan menganjurkan Nikita meminta maaf dan segera bertobat. “Apalagi dia mengaku beragama Islam,” kata Lieus.

Seperti diketahui, melalui siaran langsung dalam akun Instagram milik pribadinya, @nikitamirzanimawardi_17, Nikita Mirzani mengatakan jika penjemputan Habib Rizieq Shihab dilakukan secara gila-gilaan. “Gara-gara Habib Rizieq pulang ke Jakarta, penjemputannya gila-gilaan. Nama habib itu adalah tukang obat,” ujarnya.

Nyinyiran Nikita itu kontan saja memicu banyak reaksi. Tak hanya melalui media sosial, tapi akhirnya juga melibatkan aparat kepolisian. Sejumlah pihak pun mengadukan Nikita ke Polisi dan ada pula yang mengancam akan menggeruduk rumahnya.

Yang disayangkan, kata Lieus, Nikita Mirzani tak sedikit pun merasa menyesal atas pernyataannya itu. “Sungguh dia itu tak punya adab. Seakan-akan dia memang sengaja membuat pernyataan seperti itu agar suasana negeri ini terus gaduh,” ujar Lieus.

Lieus juga menyesalkan sejumlah orang yang mengaku intelektual, malah terjebak dalam perang cuitan antara Nikita dan pendukung Habib Rizieq. “Bahkan ada intelektual yang menghadap-hadapkan perang cuitan itu sebagai perang gender dan menempatkan Nikita sebagai pahlawan. Ini sangat memalukan,” ujar Lieus lagi.

Padahal, tambah Lieus, FPI sendiri, melalui kuasa hukumnya, Aziz Yanuar menyebut pernyataan Nikita itu sampah, tidak penting dan tak perlu ditanggapi.

Namun demikian, kata Lieus, orang seperti Nikita itu memang harus diberi nasehat. Diingatkan agar tidak terus tersesat. “Kasihan generasi penerus negeri ini jika orang-orang seperti itu malah dijadikan roll model dan dianggap pahlawan karena berani melawan Habib Rizieq yang notabene adalah ulama,” katanya.

Sebab, tambah Lieus, apapun yang mendasari kebencian Nikita Mirzani pada Habib Rizieq, sangatlah tidak pantas dia mengatakan hal seperti itu. “Sangat tidak beradab orang yang jatidirinya sendiri tidak jelas, malah mempertanyakan asal usul dan nasab orang lain,” kata Lieus.

Jadi, tambah Lieus, mumpung masih ada waktu, Nikita baiknya segeralah bertobat. “Tentu saja agar virus kerusakan adab ini tidak menyebar kemana-mana,” tegasnya.

Maka, tambah Lieus, adalah tugas pemerintah untuk menasehati dan mengingatkan orang-orang dengan sikap permusuhan dan penebar kebencian seperti Nikita ini.

“Jadi pemerintah harus bersikap adillah. Janganlah karena yang diserang bukan pejabat pemerintah, maka orang-orang seperti Nikita ini dibiarkan bebas mengatakan apa saja dengan alasan demokrasi dan kebebasan berpendapat. Sebaliknya, kalau ada orang yang mengkritisi pejabat pemerintah, langsung ditangkap. Ini ‘kan tidak adil,” kata Lieus