Rugikan Pertamina, Seret Ahok ke Penjara

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) harus diseret ke penjara karena selama menjadi komisaris utama, perusahaan pelat merah itu rugi Rp 11 triliun.

“Ahok harus diseret ke penjara karena selama jadi komisaris pertamina, perusahaan milik negara ini rugi Rp11 triliun,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Jumat (28/8/2020).

Menurut Muslim, kerugian Pertamina menunjukkan ada perampokan di tubuh perusahaan pelat merah itu. “Pertamian itu monopoli bidang BBM namun bisa rugi sampai Rp11 triliun, itu sangat aneh sekali,” papar Muslim.

Muslim mencurigai, kerugiaan Pertamina ini ada uang yang dipakai untuk mempersiapkan seseorang menjadi calon presiden di 2024. “KPK maupun aparat penegak hukum lainnya harus turun tangan dalam kasus kerugiaan Pertamina ini,” jelaas Muslim.

Kata Muslim, publik menunggu Ahok mengundurkan diri setelah Pertamina mengalami kerugiaan Rp11 triliun. “Sifat asli Ahok kelihatan menyalahkan bawahan ketika ditanya wartawan terkait kerugiaan Pertamina Rp11 triliun,” katanya.

VP Komunikasi Perusahaan PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman menjelaskan kerugian yang dihadapi perusahaan sepanjang semester pertama tahun 2020. “Pertamina menghadapi triple shock,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Senin, 24 Agustus 2020.

Fajriyah menjelaskan ketiga syok itu adalah penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar AS yang berdampak pada selisih kurs yang cukup signifikan. “Pandemi Covid-19 dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina,” tuturnya.

Dengan penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi sangat tajam, kata Fajriyah, membuat kinerja keuangan Pertamina sangat terdampak.

Menurut Fajriyah, penurunan permintaan terlihat dari konsumsi BBM secara nasional yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari atau turun 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari. Bahkan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota besar terjadi penurunan permintaan hingga 50-60 persen.

Namun begitu, Fajriyah memastikan seluruh proses bisnis Pertamina berjalan dengan normal. “SPBU tetap beroperasi, pendistribusian BBM dan LPG juga tetap terjaga baik, kami memprioritaskan ketersediaan energi bagi rakyat,” ucapnya.