Iri Hati Berbuah Persekusi

Oleh: KH Luthfi Bashori

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali kalian iri hati. Sebab iri hati menggerogoti kebajikan seperti api menghanguskan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud).

Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Dalam jiwa hamba Allah tidak akan berkumpul iman dan iri hati.” (HR. Baihaqi).

Adanya iri hati itu selalu keluar dari hati yang kotor, yang berbuat segala sesuatu tidak karena Allah tapi karena hawa nafsu belaka, maka akan timbul dalam dirinya sifat iri dan kebencian terhadap pihak-pihak yang tidak semestinya dibenci dan dimusuhi.

Bahkan seringkali karena rasa iri hati terhadap keberhasilan orang lain, sedangkan dirinya tidak mampu untuk bersaing secara sehat, maka muncul dalam hatinya rasa kebencian terhadap orang lain yang dijadikan obyek iri hatinya itu, hingga menampakkan sikap permusuhan tanpa alasan yang jelas, bahkan tidak jarang orang yang telah dirasuki iri dengki dan kebencian itu hingga berusaha mempersekusi ‘musuh’ yang ia maksud dengan alasan yang dibuat-buat bahkan menabrak kaedah agama.

Rasa iri dan dengki itu umumnya akan muncul apabila melihat orang lain menerima kenikmatan, kesuksesan atau kebahagiaan dari Allah, maka saat itulah timbul rasa benci terhadap nikmat yang diterima orang lain tersebut, dan ia merasa senang serta puas bilamana kenikmatan orang lain itu hilang dan terhapus.

Sering pula munculnya kebencian serta iri hati itu karena merasa takut tersaingi oleh pihak lain, maka sikap reaksi seperti ini yang disebut perpaduan antara dengki dan iri hati.

Sayyidina Lukman Al-Hakim berpesan kepada anaknya:

“Wahai anakku, waspadalah dari sifat dengki, karena ia merusak agama dan melemahkan jiwa serta menimbulkan penyesalan. Wahai anakku, tiada bencana yang lebih berat penderitaannya daripada kesombongan. Tiada kesedihan yang lebih menyusahkan penderitaannya daripada kedengkian.”

Rasulullah SAW bersabda, “Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)

Dalam sebuah kisah yang masyhur di kalangan para Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, terjemahannya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita yang berpuasa siang hari dan shalat tahajud di malam harinya, tetapi selalu menyakiti tetangganya dengan lidahnya”. Jawab baginda Rasulullah SAW : “Tidak ada kebaikan lagi baginya, ia adalah ahli neraka.”

Jaman sekarang, sering terjadi di kalangan masyarakat awwam, yang hanya karena kalah saat beradu argumentasi dalam sebuah diskusi ilmiah, maka timbul rasa iri hati dan kebencian terhadap lawan diskusinya, bahkan tak jarang ujung-ujungnya main persekusi dengan kekerasan fisik. Tentu perilaku yang demikia ini bukanlah dari ajaran syariat Islam.