Istana Akui Butuh Framing & Medsos, Jokowi Tutupi Kebohongan dan Pencitraannya Lebay

Presiden Jokowi (IST)

Pihak Istana berupaya menutupi kebohongan janji Jokowi dan pencitraan berlebih dengan mengakui butuh framing dan medsos.

“Kalau Istana akui butuh medsos dan framing, ini bukti Jokowi akan total pencitraan di medsos. Medsos akan makin gaduh,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Rabu (16/5).

Menurut Muslim, Jokowi tidak perlu framing maupun ahli medsos sebagai penunjuk sebagai staf khusus jika kerjanya betul. “Kalau kerjanya betul dan janjinya dipenuhi rakyat akan memilih lagi,” papar Muslim.

Kata Muslim, kalangan perkotaan dan terdidik tidak akan memilih Jokowi jika Istana masih memanfaatkan medsos maupun media mainstream untuk menaikkan citra Jokowi. “secara psikologi orang sudah muak dengan gaya pencitraan Jokowi. Semua sudah tahu,” jelas Muslim.

Muslim mengatakan, kalangan perkotaan yang menyuarakan Ganti Presiden 2019 harus melakukan penyadaran di kalangan bawah. “Diakui masyarakat bawah masih terpesona gaya pencitraan Jokowi, padahal kebijakan sangat merugikan rakyat kecil,” paparnya.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan mantan Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati dipilih staf khusus Presiden karena kementerian dan lembaga memerlukan kehumasan dengan pola kekinian yang terintegrasi dengan media sosial.

“Butuh yang memahami medsos, framing, butuh orang ahli di bidang itu. Mohon maaf biasanya pada posisi tertentu dari usia berumur, tidak memahami perkembangan,” kata Pramono, Selasa (15/5).