Ini Dia Berbagai Kesalahan Hasil Survei Litbang Kompas

Oleh: Maximilina Munir, Ketua DPP Banteng Muda Indonesia

Mencermati hasil survei Kompas pada Senin 11 Desember 2023 membuat para pendukung calon presiden dan calon wakil presiden pasangan no urut 1 dan 3 geram, kecewa dan marah.

Bagi saya survei kompas hasilnya biasa saja, tidak ada yang istimewa, tidak kaget bahkan tidak kecewa sama sekali. Survei Kompas memang dinanti banyak kalangan, berbeda dengan lembaga lain yang sudah kotor, survei litbang Kompas dianggap paling bersih, metodologinya paling benar dan bukan pesanan para kandidat.

Survei Litbang Kompas dilakukan awal Desember 2023 terhadap 1.364 responden dengan margin of error +/- 2,65 % . Pasangan Prabowo-Gibran mendapat 39,3% suara, Anis-Muhaimin 16,7% suara, nomer urut 3 Ganjar-Mahfud MD memperoleh 15,3% suara, sedangkan 28,7% responden belum menentukan pilihan. Survey kompas dilakukan 75 hari sebelum pencoblosan.

Membaca secara tunggal hasil survei Litbang Kompas memang seakan-akan dunia mau kiamat. Akibatnya mencurigai para punggawa Litbang Kompas, objektivitas para surveyor, metodologinya, intervensi aparat, responden yang telah dikondisikan serta menghitung angka 28,7% adalah angka kuncian. Ketakutan pilpres hanya 1 putaran terus menjadi hantu karena memang Jokowi ada dibelakang Prabowo-Gibran.

Agar kita tidak gagal paham, mari mencermati tiga kasus survei Litbang Kompas yang hasilnya sangat berbeda dengan hasil resmi KPU.

SURVEI LITBANG KOMPAS PILKADA DKI JAKARTA 2017

Survei Litbang kompas pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dilakiukan pada bulan Desember 2016, 80 hari sebelum hari pencoblosan. Ada 800 responden dengan margin of error +/- 3,46 %. Hasilnya elektabilitas AHY-Sylviana Murni 37,1 %. Ahok-Djarot 33,0 % serta Anies-Sandi 19,5 %. Belum menentukan pilihan hanya 10,4 %. Membaca survei ini AHY-Sylvi seakan-akan pasti menang di rekapitulasi KPU.

Ternyata hasilnya kebolak-balik, jauh diluar batas margin of error dan mengagetkan semua pihak.
AHY-Sylvi akhirnya terjun bebas dari 37,1 % menjadi 17,6 %, turun 20%.
Ahok-Djarot dari 33,0 % naik menjadi 42,9 % sementara
Anies-sandi dari 19,5 % naik 20 % menjadi 39,5 %.

SURVEI LITBANG KOMPAS PILGUB JAWA BARAT 2018

Pada 10-15 Mei 2018 Litbang Kompas merelease hasil survei. Ada 4 pasangan calon, 800 responden, dilakukan 30 hari sebelum hari pencoblosan dengan margin of error +/- 3,48 %.

Pasangan Ridwan kamil-UU ruzhanul 40,4 %, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 39,1 %. Pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan 4,1 % sedangkan Sudrajat-Ahmad syaikhu memperoleh 11,4 %. 5 % belum menentukan pilihan.

Pada 27 Juni 2018 hari pencoblosan. Hasil resmi KPU juga jauh dari hasil survei Litbang Kompas. Lagi-lagi hasilnya kebolak-balik dan diluar batas margin of error.

RK-Uu dari 40,4 % turun 7 % menjadi 32,88 %. Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi turun 14 %, dari 39,1 % menjadi 25,7 %. TB Hasanuddin-Anton Charliyan pada survei Kompas memperoleh 4,1 % naik menjadi 12,6 %. Pasangan Sudrajat-Ahmad syaikhu 11,4 % naik 19 % menjadi 28,7 %.

SURVEI LITBANG KOMPAS PILGUB JAWA TENGAH 2018

Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dan Jawa barat dilakukan serentak. Litbang Kompas juga memotret pilkada lewat survei yang mereka lakukan. Survei dilakukan pada 10-15 Mei 2018. Dengan metode tatap muka, ada sebanyak 800 responden.

Hasil survei Litbang Kompas Pasangan Ganjar-Taj Yasin memperoleh 76,6 %. Sudirman Said-Ida fauziyah memperoleh hanya 15,0 %, serta 8,4 % belum menentukan pilihan. Bagaimana hasil resmi KPU Jawa Tengah?

Hasil resmi KPU, Ganjar-Taj Yasin turun jauh hingga 20 % menjadi 58,8 %. Sebaliknya pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diperkirakan memperoleh 15,0 % naik 26 % menjadi 41,2 %. Fantastis.

Dari 3 hasil diatas, menunjukkan bahwa hasil survei Litbang Kompas jauh dari hasil resmi KPU. Hasilnya bisa diluar prediksi, melewati batas margin of error dan melewati perkiraan semua kalangan.

Masih ada 60 hari lagi, terus lakukan kerja-kerja pemenangan, jangan berhenti bergerak, mengajak untuk memilih yang terbaik serta melawan yang jahat berkuasa. Ingat kata Franz Magnis Suseno bahwa “pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi mencegah yang jahat berkuasa”. Wassalam