Anwar Usman Dipecat, Jokowi Atur Siasat

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Anwar Usman adalah bagian penting dari skenario curang Jokowi. Sebagai Ketua Lembaga yang super kuasa, keputusan Ketua MK Anwar Usman tidak bisa diganggu gugat. Ini berbeda dengan keputusan lembaga pengadil lain seperti Pengadilan (Negeri, Tinggi, PTUN), Kejaksaan, atau MA yang masih ada proses banding atau PK. Tapi justru hal ini telah disalahgunakan oleh Anwar Usman.

Tahun 2019 Anwar Usman disinyalir terlibat dalam kecurangan Pemilu dengan menolak gugatan tim Prabowo-Sandi, padahal bukti-bukti kecurangan Pemilu sangat vulgar dan transparan.

Anwar Usman selalu membawa nama Allah tapi perbuatannya tidak berjalan di jalan yang lurus bahkan menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan keluarga

Anwar Usman merasa tidak bersalah dan menolak keputusan MKMK. Padahal pelanggarannya sudah sangat berat dan terang benderang.

Keputusan MKMK yang memecatnya dari jabatan Ketua MK dan dilarang mengadili sengketa Pemilu jelas sangat memukul dirinya, terutama karir politik Jokowi. Tanpa dukungan (jahat) dari Ketua MK posisi Jokowi sangat terancam. Bisa jadi Jokowi membuat siasat baru di Mk, karena MK sebagai pembelaan terakhir sudah tidak ada.

Secara psikologis, pemecatan Anwar Usman menjadi pukulan berat bagi Jokowi, tapi kekuasaan yang masih digenggamnya menjadikan dirinya tetap bisa berdiri bahkan terus bermanuver. Tapi sebagaimana telah gagalnya semua manuver sebelumnya, insya Allah manuver Jokowi ke depan bakal digagalkan Allah..

Saat ini fokus Jokowi sudah bukan lagi memikirkan kemajuan negara dan rakyatnya. Jokowi saat ini lebih terfokus bagaimana cara mempertahankan kekuasaannya dengan membangun politik dinasti untuk “mengkatrol” Gibran dan Kaesang, dan terus mencoba mengendalikan semua aparat dan lembaga-lembaga negara untuk mengikuti kemauannya. Dan ancaman berat tidak segan-segan akan dijatuhkan, jika mereka tidak nurut. Sanksinya bisa langsung diberhentikan bahkan bisa lebih parah dari itu. Aroma intimidasi itu sudah tercium dari sekarang.

Selama ini semua skenario Jokowi telah gagal total, dan akan terus digagalkan Allah sampai Jokowi benar-benar jatuh tersungkur.

Setelah semua skenario Jokowi untuk menjegal Anies gagal total, mungkin Jokowi merasa masih punya banyak amunisi yang akan terus dibidikkan kepada sasaran apa pun yang bisa menyingkirkan penghalang-penghalang kemauan dirinya dan kemenangan bagi Gibran sebagai cawapres.

Semua skenario Jokowi berikut telah gagal, yairu : 1. penundaan pemilu/perpanjangan masa jabatan; 2. capres hanya 2 calon; 3. semua capres all Jokowi’s men; 4. Upaya mentersangkakan Anies dari formula E melalui KPK; 5. pembegalan partai Demokrat oleh Moeldoko; 6. “menyandera” Nasdem dan PKB; 7. membeli lembaga survey abal-abal; 8. memfitnah Anies dengan membayar para buzzer rp dengan tuduhan intoleran, pendukung khilafah, gubernur gagal, dll; dan 9. menempatkan iparnya Anwar Usman sebagai ketua MK.

Ada skenario (terakhir ?) Jokowi untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai pasangan pilihannya, yaitu dengan mengerahkan semua instrumen negara untuk melakukan kecurangan di Pilpres 2024.

Tapi insya Allah skenario ini pun bakal gagal, walaupun seluruh kekuatan Jokowi telah dikerahkan.

Pemecatan Anwar Usman dari Ketua MK adalah masalah besar bagi Jokowi. Karena hanya MK yang putusannya tidak bisa dianulir, walaupun secara prosedur ada kecacatan.

Bagaimana dengan KPU ? Akankah KPU bermain api dengan membuat kecurangan di Pilpres 2024 nanti ?

KPU sendiri tidak bisa semena-mena dan dengan mudah melakukan kecurangan, karena KPU sifatnya hanya merekapitulasi suara berdasarkan suara pemilih yang masuk.

Paling tidak ada 5 kendala KPU untuk melakukan kecurangan dan bisa “menyulap” perolehan suara begitu saja :

Pertama, Rahasia kecurangan KPU sudah banyak diketahui pihak-pihak yang di tahun 2019 jadi bagian rezim Jokowi kini sudah jadi oposisi sehingga akan dilakukan langkah-langkah antisipatif

Kedua, Perbedaan perolehan suara (real) Anies dengan capres lain bakal sangat signifikan, akan sangat sulit bagi KPU untuk memanipulasinya*

Ketiga, Para relawan Anies akan berjuang mati-matian melakukan pemantauan di setiap lini melawan kecurangan tanpa mempan disogok*

Keempat, Dengan majunya 3 capres yang tidak semuanya pro Jokowi akan sangat sulit bagi KPU untuk merubah data yang masuk karena akan muncul kekacauan data, tidak sinkron, dan tidak logis.

Kelima, Media massa mainstream, media sosial, dan lembaga-lembaga survey sekarang tidak semua pro Jokowi, sehingga sulit bagi media-media pro Jokowi untuk memberitakan berita bohong karena akan di- dimentahkan oleh media yang lain

Keenam, Aparat TNI belum tentu akan mendukung kecurangan pemilu, karena mereka pernah berikrar untuk melawan kecurangan pemilu.

Oleh karena itu, jika KPU saat ini berani bermain curang, dan pada akhirnya Anies menang dan memang telah ditakdirkan menang, maka hukuman berat telah menanti para pejabat KPU dan para pendukung kecurangan.

Insya Allah, tahun 2024 adalah tahun perubahan. Selain karena mayoritas rakyat Indonesia telah menetapkan hati untuk terjadinya perubahan, juga faktor siklus sejarah dan sunnatullah. Semakin Jokowi dan seluruh instrumen negara berbuat curang, akan semakin dekat nasib mereka menuju jeruji besi.

“Manusia membuat tipu daya, Allah pun membuat tipu daya. Dan tipu daya Allah pasti yang akan menang”

Bandung, 27 R. Akhir 1445