Israel dan Jokowi

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Apa kaitan Israil dan Jokowi ? Tentu tidak berkait langsung. Yang bisa kita bandingkan adalah karakter keduanya yang hampir sama.

Israel adalah negara paling angkuh dan bandel di dunia ini. Berbagai Resolusi PBB dan himbauan dunia internasional selalu diabaikan. Mereka juga mengaku sebagai negara paling modern dengan pasukan paling tangguh, persenjataan paling canggih, dan badan intelejen (Mosad) paling canggih di dunia.

Miripkah dengan karakter Jokowi ? Mana yang lebih jahat : Israel atau Jokowi ? Dari banyak sisi ada kesamaan, tapi di sisi yang lain Jokowi malah lebih jahat dari Israel karena menyengsarakan rakyatnya sendiri demi membela “penjajah” China.

Jika Israel bisa dihajar oleh Hamas Palestina, maka Jokowi pun bakal “dihajar” oleh rakyatnya sendiri.

Dengan dihajarnya Israel oleh Brigade Al-Qassam Hamas, Palestina sampai porak poranda, ternyata kehebatan Israel tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh media. Sampai tulisan ini dimuat, sudah lebih dari 600 orang warga Israel meninggal, di antaranya 44 tentara Israel terbunuh, dan ribuan yang terluka. Sebagian tentara Israel banyak yang menjadi tawanan Palestina.

Karakter Israel yang merupakan “turunan” dari kaum Yahudi “pembangkang” adalah : sombong, keras hati, keras kepala, bengis, pembunuh, penjajah, licik, penipu, pendusta, dan rakus. Agama mayoritas penduduk Israel adalah Yahudi , selebihnya adalah Kristen dan Islam.

Mulanya Israel adalah sebuah kaum imigran minoritas kaum Yahudi yang tinggal di Palestina. Lama-lama menjadi besar. Tahun 1947 ketika Inggris memenangkan perang Dunia I melawan Negara-negara Arab (Kesultanan Usmaniyyah) Inggris mengambil alih tanah Palestina untuk dijadikan “rumah nasional” yang dihuni kaum.Yahudi.

Pada tanggal 15 Mei 1948 para pemuka Yahudi mendeklarasikan Negara Israel yang ditentang oleh Negara Arab Palestina. Perebutan tanah Palestina sampai sekarang tidak kunjung terselesaikan. Masing-masingnya mengaku paling berhak atas wilayah Palestina.

Dalam perang Al-Nakhba, yang diartikan sebagai ‘malapetaka’ ini, ratusan ribu warga Palestina melarikan diri dan meninggalkan rumah mereka. Usai setahun, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah.

Yordania kemudian menduduki wilayah yang dinamai Tepi Barat, sementara Mesir menguasai Gaza. Sementara wilayah Yerusalem dibagi dua dengan Israel, dimana wilayah Timur dikuasai Yordania dan wilayah barat menjadi bagian Israel.

Perang Enam Hari 1967 mencatat Sejarah Palestina dan Israel yang berkonflik kemudian menjadi perang, dimulai dengan diserangnya pangkalan udara Mesir oleh Israel hingga pasukan darat Israel memasuki Semenanjung Sinai. Israel mengambilalih Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan serta Yerusalem Timur yang didominasi bangsa Arab.

Ratusan ribu orang Palestina tidak diizinkan kembali ke rumah mereka dengan alasan akan membebani dan mengancam keberadaan negara Israel sebagai negara bangsa Yahudi.

Seluruh Yerusalem diakui Israel sebagai Ibu Kota negaranya. Sementara Palestina menyatakan Yerusalem Timur menjadi Ibu Kota masa depannya.

Perundingan damai antara kedua belah pihak kerap tertahan lantaran Palestina menolak pemukiman Yahudi di tepi Barat. Selama 50 tahun terakhir, ada lebih dari 600.000 warga Yahudi yang membangun pemukiman di sepanjang wilayah-wilayah tersebut.

Titik temu perundingan terus tertahan lantaran belum ditemui keputusan apakah pemukiman Yahudi akan dibiarkan atau dibongkar. Selain itu permasalahan Yerusalem apakah akan dibagi wilayahnya juga menjadi hal pelik yang terus mewarnai konflik kedua negara.

Yang terbaru permasalahan sengketa tanah di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur menjadi pemicu bentrokan dan serangan udara yang menambah panjang sejarah Palestina dan Israel yang berkonflik hingga kini.

Kekejaman Israel sangat biadab, tidak peduli aturan main dalam berperang. Bahkan berbagai Resolusi PBB juga tidak pernah dihiraukan. Penjajahan dan penindasan Israel sudah melampaui batas, semoga Bangsa Palestina bisa segera mengusir Israel dari tanah Palestina.

Bandung, 23 R. Awwal 1445