Mantan Jokowers yang Punggungnya Viral 2019 Ajak Masyarakat Dukung Anies-Muhaimin

Mantan Relawan Jokowi Jokowers yang punggungnya Viral 2019 dan banyak viral di aneka sosial media Dadan Hamdani  mengajak masyarakat untuk memilih Anies-Muhaimin 2024. Sebab menurut Dadan, ajakan memilih Anies-Muhaimin bagian dari Taubatan Nasuhanya, karena selama masa Pemerintahan Jokowi ini masyarakat dibuat sengsara.

Penyesalannya karena dia ikut meng-endorse dan mengajak kawan-kawannya, ini menjadi aib bagi dirinya. Dan juga karena dulu pernah produksi topi ribuan dan membagi-bagikan kepada masyarakat di acara Car Free Day pada 2013. Hingga 2014 ia masih terus mendukung. Sampai ia melihat sendiri banyaknya kebijakan pemerintah yang justru tidak memperlihatkan keberpihakannya pada demokrasi dan suara masyarakat. Terutama sekali Omnibuslaw dan kebijakan lainnya pun seolah ambisi yang tidak berkaitan dengan keinginan masyarakat dan hasilnya justru merugikan rakyat sendiri. KPK yang pernah jadi kebanggaan Indonesia justru dilemahkan di era ini. Kebijakan minyak goreng dan kebutuhan pokok sudah pasti jadi muara karena tidak mampunya untuk membuat kebijakan yang matang dan berpihak pada rakyat.

Melambungnya harga beras dan kebutuhan pokok lainnya yang berkecenderungan tidak stabil dan selalu naik. Juga disaaat bersamaan Petani dimiskinkan dengan ditariknya Subsidi Pupuk sehingga tentu saja akan menimbulkan ketidak pastian dikalangan petani. Adalah bukti bahwa kesemrawutan dan amburadulnya kebijakan yang dilakukan.

Menurut Dadan Hamdani lagi sepinya Tanabang, adalah potret buram ekonomi, laju denyut nadi ekonomi tengah berada dititik nadir dari makin meluasnya impor dari luar yang mematikan industri dalam negeri sendiri. Sehingga kita dapat melihat secara kasat mata Industri banyak yang gulung tikar, dan tentu saja melonjaknya pengangguran. Potret ini kita saksikan secara jeli.

Sementara angka pengganguran melonjak Ironisnya keberadaan Investasi yang di gembar-gemborkan pemerintah justru banyak terserap oleh tenaga kerja asing, ini ironi yang memilukan sekali. Dan saya melihat Hanya Anies dan Muhaimin yang bisa menyelesaikan ini.

Disisi lain paket kebijakan regulasi dan semua aspek kebijakan kita justru cenderung memiskinkan dan memproduksi kemiskinan dan ketimpangan. Fenomena E Sosical Media Comerce dan Ecomerce malah di simplifikasikan karena pengaruh pergeseran Sosial media yang sekarang dijadikan ladang bisnis dan perdagangan. Padahal pangkal utama nya adalah selama 9 tahun ini kita lihat impar impor impar impor justru makin tidak terkendali, Indonesia dibiarkan menjadi pasar Produk-produk murah dan Predatory Pricing dari berbagai produk-produk luar yang masif dan tidak terbendung. Jadi regulasinya terlalu simplistis.

“Kalau kita masih ingat saya ingat betul ketika diawal-awal masa Jokowi ketika itu kita senang, keran impor distop tapi kesiapan penyediaan barang yang sama di dalam negeri tidak secara serius di garap. Penunjukan pejabat-pejabat terkait juga dirasakan inkompeten. Sehingga terlihat gak nyambung. Bahasa nya OXYMORON. Saling bertentangan satu-sama lain gitu kan,” ungkapnya.

Ambil contoh kita masih ingat ketika pemerintah menyetop impor daging secara tiba-tiba padahal waktu periode pertama pemerintahan kalau tidak salah itu menjelang Hari Raya dengan alasan untuk mendorong swasembada daging, namun anehnya usaha ini tidak dipersiapkan terlebih dahulu secara matang dengan membuat road maps yang komprehensif atau navigasi dan peta peternakan dan pengembangan daging potong secara lengkap dan baik jadinya kita menyaksikan. Kesemrawutan karena kebijakan ini tidak dibarengan dengan data menyeluruh.

Bahkan kita lihat aparat hukum seolah waktu itu kita potret gencar melakukan semacam penggerebekan terhadap Rumah-rumah penggemukan Sapi yang dianggap menimbun sapi. Sehingga terkesan malah menyalahkan industri penggemukan Sapi. Jadi Gembar-gembor yang Anti Impor justru menjadi Lips Service. Atau jangan-jangan karena terlalu dini malah berakibat masyarakat yang dirugikan karena disatu sisi harga daging melonjak tapi petani dan peternak daging atau industri Penggemukan daging juga tidak mendapatkan manfaat. Ini keliatan amatir dan memang sengaja di tempatkan pejabat-pejabat yang lagi-lagi tidak kompeten dibidangnya.

“Dan banyak lainnya. Dosa-dosa yang menjadi dosa jariah kami yang pernah mendukung orang yang salah dengan kapasitas sangat terbatas dan tidak kompeten sehingga ini tentu saja akan mengakibatkan masyarakat rugi karena hampir tidak ada kemanfaatkan baik skala ekonomi mikro dan juga makronya,” jelasnya.

Dadan menilai masyarakat mulai sadar arti 9 tahunan ini diisi dengan kebijakan yang makin hari justru terlihat memiskinkan rakyat. Harga BBM katanya akan ikut harga pasar dunia, tapi yang terjadi ketika harga minyak dunia naik ikut mengkoreksi harga menjadi naik, namun ketika harga minyak dunia turun.

“Kita lihat harga BBM justru tidak turun-turun. Lucunya malah ini terjadi di era yang katanya digadang-gadang sebagai orang dekat Jokowi yaitu Ahok menjadi Komisaris Pertamina. Ini kan Cuma omdo jadinya yang katanya akan memperbaiki,” ungkapnya.

Ia sendiri mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang cerdas, punya track record yang jelas, dan tentu saja punya ijasah yang jelas dan orang yang memahami permasalahan. Sebab kunci untuk menyelesaikan masalah adalah mereka harus memahami masalah. Maka orang yang tepat untuk itu adalah Anies-Muhaimin. Terutama mereka berlatar belakang aktivis, mereka pernah menjadi pejuang demokrasi.

“Jadi saya kira mereka adalah orang yang akan memimpin Indonesia dengan mengedepankan nilai-nilai demokrasi mendengarkan suara publik itu sebetulnya jauh lebih kita inginkan. AMIN,” pungkasnya.