Siap-siap! Bahaya Banjir setelah Kemarau Panjang

Oleh : Memet Hakim (Senior Agronomis, Pengamat Sosial & Wanhat APIB)

Manusia ini seperti tidak punya rasa bersyukurnya pada Allah SWT. Diberi kemarau panjang, produksi pangan berkurang, tapi tetap tidak mau berpikir bagaimana mencukupinya. Di musim hujan ada resiko banjir, tetapi sering juga terlena. Biasanya kita busa mengeluarkan sumpah serapah saja.

Pola musim ini trennya jelas bisa dipelajari, kalaupun ada penyimpangan masih dapat diperkirakan. Di Indonesia kira memiliki iklim tropis yg memiliki 2 musim yakni : kemarau dan hujan, akan tetapi jika diamati lebih detil terbagi lagi pada kelompok iklim equatorial, dimana hujannya lebih merata di sepanjang tahun dan iklim munson yang musim keringnya lebih tegas.

Selepas kemarau panjang biasanya jatuh hujan yang lebat, saking lebatnya air tidak dapat disimpan dalam tanah lagi alias run off, semua mengalir ke tempat yang lebih rendah. Musim hujan diperkirakan jatuh di bulan Desember masih 2 bulan lagi.

Apa yang harus dipersiapkan terutama oleh Pemda ? Bersihkan sampah dari selokan, gorong2 maupun sampah yang berada di jalan. Perdalam atau keruk bagian dasar sungai supaya air cepat mengalir. Perahu karet, tenda darurat, dapur darurat perlu dibersihkan dan disiapkan. Persiapan logistik harus sudah mulai disiapkan.

Bahaya longsor, pohon roboh, kembali mengancam. Chainsaw dan alat-alat berat harus mulai disiapkan. Begitu juga obat2an, P3K dan tim Kesehatan harus sudah terbentuk. Saat banjir datang, binatang melata seperti ular, biayak biasanya ikut keluar, harus diwaspadai.

Khusus di wilayah langganan banjir, Siapkan “garasi apung”, “lantai apung” dan ‘dapur apung” agar mobil atau motor dan perabotan tidak rusak tergenang air dan masih bisa memasak.

Saat kering seperti ini persediaan air di dalam tanah bisa dikatakan kosong, pada hujan2 pertama jangan dulu menanam tanaman, karena biasanya akan ada jeda waktu kering lagi beberapa minggu, setelah itu barulah musim hujan datang kembali. Bagi para petani/pekebun, saatnya untuk panen air telah tiba, aktifkan kembali embung air (water reservoir), bendungan yang ada. Bersihkan saluran air, perbaiki jalan, drainase dan tanggul2 air sebelum hujan datang

Perhitungan teoritis, Soil Water holding capacity hanya sekitar 200 mm air hujan, jika turun hujan 15 x dalam 1 bulan @ 20 mm maka jumlahnya sudah 300 mm. Artinya ada air hujan yang akan mengalir sebanyak 100 mm (1.000 m3/ha). Nah bayangkan jika hujan lebat agak lama sampai 70-80 mm. Pasti air tidak terbendung lagi. Sebagai catatan evapotranspirasi pada musim hujan sekirar 4 mm/hari, kalo tidak ada hujan 5 mm/hari.

BMKG, 2020 mencatat curah hujan ekstrem dengan durasi panjang terjadi dari 31/12/2019 sore hingga 1/1/2020 yang turun cukup merata di wilayah DKI Jakarta memicu terjadinya banjir besar. Curah hujan dengan intensitas 377 mm/hari di Halim, Jakarta Timur menjadi rekor baru curah hujan tertinggi sepanjang sejarah. Nah jika curah hujan 377 mm – 4 mm = 373 mm semuanya mengalir ke permukaan yg lebih rendan tentu akan terjadi banjir besar sekali. Ada air sebanyak 3.730 m3 x areal seluas Jabodetabek 643.789 ha atau sebanyak 2.410 juta m3 air numpang lewat dan nginep dengan rerata tingginya 0.37 m untuk seluruh areal. Artinya dibeberapa tempat ada yang aman dan di beberapa tempat bisa sampai 3 m tenggelam. Mengerikan ya

Di perkotaan di mana bangunan beton, jalan beton, trotoar beton, resiko banjir akan lebih cepat terjadi. Di lahan pertanian, perkebunan, besarnya daerah aliran sungai sangat membantu intensitas banjir. Dibibir pantai ketinggian pasang surut air laut juga mempengaruhi aliran air ke laut. Akan tetapi bagaimanapun resiko banjir harus dihadapi. Semakin cepat mengalir, semakin cepat diserap tanah akan semakin baik. Itulah sebabnya sumur resapan itu penting untuk mempercepat air diserap tanah.

Mempersiapkan bahaya banjir dan dampak banjir lebih utama dari pada saling menyalahkan.

Bandung, 02 Oktober 2023