Jokowi Pasti akan Menyesal

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Menasihati seorang Jokowi itu seperti menabur garam ke laut. Atau munngkin seperti mengingatkan penggembala yang tuli yang berada di kejauhan. Semua teriakan diabaikan sama sekali.

Padahal setiap orang, terutama seorang pemimpin, sangat perlu bimbingan ulama lurus dan masukan dari orang-orang yang kritis, agar dalam menjalankan roda pemerintahan selalu berada di rel yang benar.

Keangkuhan apalagi ditambah dengan kebodohan hanya akan membawa kepada kesesatan diri dan menyesatkan orang lain.

Memang jika seseorang tidak mampu menggunakan potensi penglihatan (mata batinnya), pendengaran (dari kebenaran), dan akal (sehatnya), orang itu tidak ubahnya seekor binatang ternak dan bahkan lebih sesat lagi

Ulaa-ika kal-an’aam bal hum adhaall (mereka tak ubahnya binatang ternak bahkan lebih sesat lagi)

Sudah banyak ibrah dari orang-orang terdahulu, yang karena kesombongan dan kebodohannya mereka akhirnya tersesat sejauh-jauhnya dan berakhir dengan sangat tragis. Mereka menyesal, tapi penyesalan yang tidak ada gunanya.

Fir’aun di akhir hidupnya sangat menyesali diri, dan akhirnya menyatakan beriman, tapi telah terlambat dan penyesalannya tidak berguna sama sekali

Kata Fir’aun (saat sakaratul-maut) :
“Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan? (Q.S. Yūnus:90 – 91)

Tidak ada kezaliman yang langgeng. Jika Allah telah berkehendak, pasti Dia akan menghentikannya dalam keadaan diridhai atau dimurkai Allah dan dikutuk alam semesta.

Firman Allah :

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Āli `Imrān :26)

Para pemimpin zhalim semuanya berakhir dengan sangat mengenaskan : di dunia telah diadzab, di akhirat siksaan itu jauh lebih dahsyat. Bukan saja karena mereka kafir dan musyrik seperti Namrud dan Fir’aun, tapi sekalipun dia Muslim tapi dzalim, tetap akan berakhir dengan mengenaskan, seperti yang menimpa Mustafa Kemal Attaturk, Presiden Turki yang memerintah dengan sangat dzalim.

Jasad Kemal Attaturk bau busuknya sangat menyengat, dia tidak bisa dikuburkan di dalam bumi, karena bumi menolak untuk ditempati seorang pemimpin dzalim. Akhirnya Attaturk dimakamkan hanya dengan dihimpit batu-batu.

Sepertinya Jokowi dan Luhut tidak jauh berbeda. Di akhir masa pemerintahannya tidak ada tanda-tanda untuk menghentikan kedzalimannya.

Penjegalan terhadap Anies dan Partai Koalisi Perubahan tidak pernah berhenti. Mulai sari melemparkan stigma buruk, menghilangkan jejak prestasinya, berusaha mentersangkakan di ajang formula E, berusaha menyabot partai pendukungnya, melarang tempat tertentu untuk silaturahmi dengan warga, melarang (Ketum) parpol koalisi pemerintah bertemu Anies (apalagi kalau berkoalisi), mengintimidasi para pengusaha yang mau membantu perjuangannya, “menjebak” menteri-menteri Nasdem untuk ditersangkakan, sampai upaya mengendalikan lembaga negara (KPU, BAWASLU, dan MK) untuk melakukan kecurangan.

Jokowi itu wajahnya culun dan ndeso tapi hatinya iblis.

Sadarkah Jokowi kalau hidup di dunia ini cuma sementara, ibarat sedang main sinetron. Semuanya palsu dan fatamorgana. Jabatan Presiden juga sementara, sebentar lagi akan berakhir.

Akankah Jokowi berakhir seperti Namrudz, Fir’aun, atau Kemal Attaturk ?

Sungguh mengerikan !

Bandung, 14 R. Awwal 1445