Jika Demokrat Keluar KPP, Sama Saja dengan Langkah Bunuh Diri

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Rupanya emosi Elit Partai Demokrat bukannya mereda, tapi makin menjadi-jadi. Malah ada kader PD yang melarang KPP menggunakan jargon kata “Perubahan”. Semakin emosi akan nampak semakin dungu.

Tengok reaksi rakyat bukan berpihak kepada Demokrat, tapi tetap berpihak kepada Anies. Jika Demokrat di pihak yang benar dan kubu Anies di pihak yang salah, seharusnya rakyat rame-rame mendukung Demokrat dan mengutuk kubu Anies. Jadi ini pasti ada persepsi yang keliru. Semakin elit Demokrat semakin ngotot, akan semakin blunder.

Coba turunkan dulu tensi kemarahannya, lalu renungkan dengan hati dan pikiran dingin dan jernih : 1. Apa yang sebenarnya terjadi, ini sebuah ujian atau musibah? 2. Dengan menyalahkan pihak lain, apakah akan memberi solusi atau sebaliknya ? 3. Apakah apa yang dituduhkan kepada pihak lain sudah tepat dan apakah dulu dirinya tidak pernah melakukannya ? 4. Apakah dengan keluar dari koalisi KPP akan meningkatkan elektabilitas atau justru malah makin terpuruk ?

Jika Demokrat tidak segera kembali berfikir jernih dan tetap membuat keputusan yang membabi buta, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah :

Pertama, Demokrat di Pilpres 2024 akan makin terpuruk

Jika di tahun 2019 perolehan suara Demokrat cuma 7.7%, maka di tahun 2024 dipastikan akan terpuruk, seiring terpuruknya semua partai pendukung Jokowi.

Kedua, Karir AHY akan tamat

Jika rakyat sudah benci Demokrat, otomatis karir AHY berakhir. Tentu hal ini sangat tidak dikehendaki terutama oleh SBY yang sangat berharap AHY menjadi pemimpin Nasional.

Ketiga, Semua caleg Demokrat di seluruh Indonesia akan kelimpungan dan tidak laku untuk dipilih rakyat

Selama ini para caleg Demokrat sangat antusias dengan slogan “Perubahan dan Persatuan” dan rakyat menyambut baik karena bagian dari pendukung Anies. Jika mau meninggalkan Anies, hampir dipastikan akan ditinggalkan (tidak akan dipilih) rakyat.

Keempat, Tahun 2024 Demokrat akan berjalan sendiri tanpa teman

Interaksi Demokrat di koalisi perubahan sudah sangat cocok, jika harus berganti haluan akan menghadapi banyak masalah baik bergabung dengan PDIP maupun koalisi Indonesia maju yang keduanya sama-sama penerus Jokowi dan anti perubahan sebagaimana jargon Demokrat.

Kelima, Jika Demokrat meninggalkan Anies, kemungkinan besar para pendukung Demokrat akan beralih dukungan ke partai yang mendukung Anies

82-85 % rakyat mendukung Anies, maka partai apa saja yang tidak mendukung Anies akan ditinggalkan pendukungnya. Rilis Litbang Kompas partai-partai pro Jokowi hanya didukung 18% rakyat, sedangkan hasil polling ILC Anies didukung 83% rakyat.

Jalan terbaik bagi Partai Demokrat adalah bertahan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dengan menurunkan egonya dan saling mengalah demi kepentingan bangsa dan negara, bukan sekedar memperjuangkan kepentingan pribadi dan ambisi kekuasaan. Dalam politik kadang tidak selalu tegak lurus dengan teori. Itu hal biasa selama diniatkan demi bangsa dan negara.

Wallahu a’lam

Bandung, 18 Shafar 1445