Kejutan Politik, Anies Tetap Tenang

Oleh : Memet Hakim (Pengamat Sosial & Wanhat APIB)

Berita Anies – Imin, memang kejutan besar di awal bulan ini. Keterangan dari berbagai pihak seperti SP, Demokrat, Sudirman Said dan uraian dari Saiful Jaman Channel, Bang Edy, FNN Channel, Jaksat, SuaraNasional, dll sudah lebih mencerahkan. Kejutan ini bukan hanya untuk kubu capres plat putih, tapi juga untuk kubu plat merah. Manuver politik SP telah membuat heboh jagat raya perpolitikan di Indonesia. Setelah mencoba menggaet Golkar tidak berhasil, kali ini SP berhasil menggaet PKB. Ini prestasi SP yang patut diacungi jempol.

Rupanya cak Imin sang Ketua PKB masih ngebet ingin jadi wapres, sehingga mengalahkan rasa takutnya ditangkap KPK. Airlangga baru dipanggil 1 hari aja sudah ciut. Inilah modus kubu plat merah menahan dan menyandera partai di koalisinya. Gerindra kehilangan mitra strategisnya, Jokowi kehilangan 1 lagi partai pendukung. Jadi sudah ada 2 partai keluar dari jeratan Jokowi.

Jika dilihat dari sisi perang nirmiliter manuver ini dapat dikatakan berhasil, hanya saja yang aneh kenapa SP harus lapor ke Jokowi begitu memutuskan kerjasama dengan PKB ? Jika begitu mungkin saja Anies menjadi tawanan Jokowi juga. Ini yang tidak boleh terjadi.

Bukan hal yg tidak mungkin masih ada partai yang dapat bergabung dengan KPP. Kalkulasi di atas kertas Anies tetap akan menang, sehingga partai yang bergabung dengan KPP akan tetap ikut dalam pemerintahan baru. Masuknya PKB baru disepakati oleh Nasdem, tentu harus dibahas lagi dengan Demokrat dan PKS, agar keputusannya menjadi bulat.

Anies secara formal memang harus diusung oleh partai, tapi di lapangan rakyatlah yang memilihnya. Relawan yg jumlahnya banyak dan sambutan rakyat yang ditemui Anies setiap ke lapangan atau ke kampus selalu gegap gempita. Itulah tanda Anies dicintai rakyat dalam arti sebenarnya. Artinya Anies bukan saja pilihan partai saja, tapi memang pilihan rakyat. Buat rakyat yang penting Anies presidennya, bukan yang lain.

Anies tidak terdengar mencalonkan diri menjadi presiden, berbeda dengan capres lainnya yang ngoyo sekali, bahkan ada yang berkali-kali mencalonkan diri. Itulah bedanya Anies dengan yang lain. Integritas Anies sudah teruji.

Hasil-hasil survey yang selama ini menyudutkan Anies, terbukti tidak menyurutkan pendukung Anies yang semakin lama semakin banyak. Pendukung dari Luar Negeripun semakin banyak, walau di Kedutaan selalu memberikan informasi ala.pemerintah.

Di dalam perang selalu ada korban atau yang dikorbankan termasuk dalam perang asimetris ini. Partai Demokrat “merasa” menjadi partai yg dikorbankan, akan tetapi diyakini oleh banyak pihak tidak demikian. Sayang partai ini terlalu cepat bereaksi, sehingga kubu plat merah merasa menang.

Demokrat jika meninggalkan KPP sulit mendapatkan teman yang sepadan. Rasanya sulit jika bersatu dengan PDIP, karena landasan partai dan berpikirnya berbeda, apa lagi hubungan Mega dan SBY tidak baik. Begitu juga jika mau bergabung dengan Gerindra, sulit untuk bersatu. Walau PS dan SBY sama2 purnawirawan kedua tokoh ini seperti minyak dan air. Kedua partai ini berbeda mindsetnya. Pilihan rasional terbaik adalah Demokrat tetap berada di KPP atau pilihan terburuk Demokrat tidak mempunyai calon dan menjadi partai oposisi.

Bagi KPP jika ditinggal Demokrat, akan kehilangan 54 kursi, tapi bisa diisi oleh PKB yang memiliki 58 kursi. Antara PKB dan Demokrat beda tipis, hanya 4 kursi saja. Jadi dilihat dari legal standing, KPP tetap kuat. Jika saja partai Demokrat dapat kembali “berjuang” bersama Anies di KPP, tentu masa depan negara & bangsa Indonesia akan lebih baik.

Wapres itu hanyalah kursi serep, sejak jaman Soekarno sampai Jokowi, belum terlihat ada wapres sebagai eksekutor yang kuat. Berbeda dengan jabatan Menteri, Gubernur dst yang merupakan jabatan eksekutip. Prabowo dan Sandi saja capres dan cawapres yang seharusnya menjadi presiden dan wapres mau menjadi Menteri. Itu contoh kongkrit.

Inilah saatnya para relawan semakin solid, jika ingin jagoannya lolos kompetisi. Akan lebih utama jika partai dan relawan larut bersama untuk berjuang. Bagi Demokrat sebaiknya tetap berada di KPP, karena kekecewaannya akan menguntungkan kubu plat merah. Masih ada waktu untuk menjadi semakin solid.

Bandung, 01. September 2023