Koalisi Indonesia Maju Bakal Rontok sebelum Berkembang

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Terbentuknya Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang dibangun oleh Prabowo memunculkan banyak tanda tanya.

Beranjak dari keinginan melanjutkan pembangunan yang telah dirintis Jokowi menyebabkan adanya ketergantungan kepada Jokowi dan “mematikan” daya pikir dan daya nalar yang progresif, kreatif dan inovatif. Padahal, dalam pandangan rakyat rezim Jokowi adalah rezim gagal. Bukan saja gagal telah mensejahterakan rakyat, tapi rezim Jokowi telah membawa Indonesia mundur sangat jauh ke belakang, menuju negeri terjajah melebihi penjajahan Belanda. Hanya di mata para penjilat, kaum munafik dan pengkhianat bangsa yang menyatakan Indonesia itu maju. Bukan lagi satu atau dua bidang yang mengalami kemunduran, tapi hampir semua bidang : mulai dari kehidupan demokrasi, sosial, kesatuan dan persatuan bangsa, kebebasan beragama, dijunjung tingginya akhlak, moral dan etika oleh para pemimpin dan elit bangsa, penerapan hukum yang tebang pilih, rusaknya moral para pejabat, korupsi yang jor-joran, ekonomi yang terpuruk, hutang yang menumpuk, serta harga diri bangsa yang telah jatuh di level serendah-rendahnya di hadapan para cukong China.

Oleh karena itu sangat mengherankan jika masih ada elit bangsa ini yang memuji-muji kinerja Jokowi yang telah berkhianat “menjual” negara ini kepada China komunis. Mental capres macam inikah yang ingin memimpin negeri ini ?

Terbentuknya Koalisi Indonesia Maju (KIM) seperti sebuah dagelan politik yang hanya akan mengelabui rakyat.

Ada pesan buruk di balik terbentuknya Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini :

Pertama, ini bagian dari skenario oligarki taipan yang ingin terus menancapkan cengkeraman kekuasaannya di Indonesia

Bagaimana mungkin seirang Jokowi yang “culun” dan plonga-plongo, bahkan pendidikannya juga tidak jelas tapi sangat berkuasa ? Jawabannya : karena ada kekuatan di belakang Jokowi yang mengendalikannya. Jokowi itu cuma wayang atau pion catur. Di belakang Jokowi adalah para oligarki (hitam) taipan dan China komunis. Mereka telah memperalat Jokowi dan semua pejabat (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) di rezim ini untuk menjadi “budak” dan “jongos” mereka. Mereka ini selain tidak punya harga diri, nasionalisme, juga telah tega mengkhianati negara dan bangsanya sendiri.

Kedua, Koalisi KIM dibangun karena “keterpaksaan” dari para Ketum Parpol yang tersandera oleh (kekuasaan) Jokowi

Sesuatu yang dipaksakan dipastikan tidak akan bertahan lama.

Sungguh sangat aneh partai sebesar Golkar tidak bisa bersuara apa pun di hadapan Jokowi. Padahal di era Soeharto Golkar adalah partai terbesar. Ini semua gara-gara jeratan dan jebakan Jokowi terhadap partai-partai koalisi pemerintah.

Sebagai bandingan, Bagaimana nasib Nasdem yang “membelot” dari Jokowi ? : ditekan, dipersekusi, dipreteli hampir seluruh bisnisnya, dan capresnya terus dijegal supaya tidak maju nyapres. Kejam bukan ?

Demikian juga nasib PKB, PAN, dan P3 yang tersandera oleh (kekuasaan) Jokowi. Padahal sebenarnya batin mereka menolak dan mendukung ke capres lain. KIM adalah koalisi semu sehingga bakal rontok sebelum berkembang.

Jika cengkeraman Jokowi sudah lemah, atau bahkan capres-cawapres sudah terdaftar secara resmi di KPU, atau bahkan mungkin sebelum itu, kemungkinan koalisi ini telah bubar, seperti bubarnya koalisi Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Indonesia Bersati (KIB).

Ketiga, Jika Gibran jadi cawapres Prabowo dipastikan rakyat bakal makin menjauh dari koalisi KIM*

Rakyat sangat trauma dengan nama Jokowi. Bagi rakyat, Jokowi adalah pembawa malapetaka. Maka jika ada capres yang berebut tuah Jokowi, dipastikan tidak akan didukung rakyat.

Litbang Kompas walaupun pro rezim Jokowi, tapi ketika merilis hasil survey parpol-parpol dukungan Jokowi hasilnya : yang pertama cuma 15.1% dan yang kedua 18.3%. Sedangkan hasil polling dari ILC, CNBC, dan Google Trend elektabilitas capres dukungan Jokowi cuma 17%

Keempat, Amanat dari parpol-parpol koalisi KIM adalah menjadi Capres atau Cawapres

Jadi cawapres Prabowo diperebutkan oleh 5 kandidat : Muhaimin Iskandar (PKB), Airlangga Hartarto (Golkar), Eric Tohir (PAN), Sandiaga Uno (P3), dan Gibran (Jokowi)

Muhaimin menyatakan kalau dirinya tidak jadi cawapres kemungkinan akan hengkang dari koalisi. Bagaimana dengan Golkar, PAN, dan P3 jika calonnya tidak dipilih jadi cawapres Prabowo ? Jawabannya bisa ditebak.

Kelima, Terbangunnya Koalisi Indonesia Maju seolah menggambarkan sikap Otoriter Prabowo

Jika saja Prabowo menerima Gibran sebagai cawapres, maka Prabowo akan meraja lela dan partai-partai koalisinya tidak akan banyak berperan dan hanya sebagai pendukung saja. Ini tentu akan diprotes oleh para kadernya.

Di samping itu, semua partai koalisi KIM telah ditinggalkan oleh sebagian besar kadernya dan hampir seluruh pendukungnya. Jadi partai-partai koalisi itu hanya membawa gerbong kosong karena penumpangnya sudah bersama-sama mendukung Anies Baswedan.

Pertanyaannya :
Masihkan Para Ketum Partai koalisi KIM mau berjalan sendiri tanpa dukungan rakyat ? Bagaimana jika Prabowo kalah (dan hampir dipastikan kalah)?

Silakan gunakan hati nurani dan akal sehat demi menyongsong masa depan yang lebih gemilang.

Bandung, 13 Safar 1445