Permainan Tiki Taka Jokowi

Oleh: Edy A Effendi (Pemerhati Sepak Bola dan Politik)

Pilpres 2024, Prabowo disetting jadi pemenang. Gabungnya Golkar dan PAN ke Gerindra, tidak lepas dari sikap cawe-cawe Jokowi. Omong kosong dan cenderung berdusta jika Jokowi “ngeles” tak ikut cawe-cawe. Itu sih trik saja.

Untuk menutupi sikap cawe-cawe Jokowi, Gibran dibiarkan seolah-olah loyal ke PDIP dengan mengibarkan bendera dukungan ke Ganjar Pranowo. Satu permainan tiki taka yang mudah dibaca.

Nyemplungnya gerombolan relawan Jokowi, termasuk Budiman Sudjatmiko, jelas atas maklumat Jokowi. Tak mungkin tak ada bisik-bisik, tak mungkin tak ada pertemuan antar relawan Jokowi ketika menentukan sikap mendukung Prabowo. Ada pra kondisi sebelum masuk sekoci Prabowo.

Jokowi dan tim arsiteknya (Litbang) sudah bertimbang dan mengukur kekuatan Megawati dan PDIP, lima tahun ke depan. Mereka sudah membikin diagram politik ke depan PDIP pasca Megawati. Mengingat usia Megawati memasuki 76 tahun, Jokowi dan tim arsiteknya, sudah bertimbang PDIP pasca Megawati.

Mungkinkah Megawati bertahan hingga 2029? Di luar kehendak Allah, kemungkinannya kecil Megawati bisa bertahan sampai di penghujung 2029. Katakanlah Megawati bertahan sampai 2029, itu maknanya Megawati memasuki usia 81 tahun. Usia 81 tahun, tak bisa dijamin nalar berpikir Mega masih lempang.

PDIP pasca Megawati, PDIP kehilangan figur kharismatik. Trah Bung Karno yang menjalar di tubuh Puan, tak cukup menjadi jaminan PDIP bisa bertahan dalam konstelasi politik Indonesia. Puan masih kurang “empan papan” dalam menempatkan dirinya sebagai figur yang bernasab ke Soekarno.

Sekali lagi, Jokowi sedang memainkan strategi tiki taka. Para decul (Dedek-Dedek Cules), pasti sudah khatam permainan khas tiki taka ala klub Catalan ini.