Oleh : Memet Hakim (Pengamat Sosial)
Membaca beberapa berita baik yang berbentuk berita maupun video di youtube tentang komentar Moeldoko atas tuduhan penghinaan Rocky Gerung (RG) terhadap Presiden RI, timbul beberapa pertanyaan yang menggelitik. Walau pintar ternyata sifatnya buruk.
Moeldoko menjabat Ketua KSP sejak 17 Januari 2018 sampai sekarang, Mantan Panglima TNI 30 Agustus 2013 – 8 Juli 2015 dan Kasad 20 Mei 2013 – 30 Agustus 2013. Saat Moeldoko aktif sebenarnya banyak yang menghina pribadi Jokowi, tapi gak ada suaranya. Akan tetapi begitu RG memaki Presiden yang digaji rakyat, tapi kebijakannya merugikan rakyat, malah sampai pasang badan. Memalukan sekaligus memilukan !!!
Penelusuran Liputan6.com, Jakarta, 23 Agustus 2017 mendapati setidaknya ada 10 tersangka ujaran kebencian terhadap Jokowi sang presiden RI yang sudah ditangkap polisi, sbb :
1. Muhammad Farhan Balatif (18)
Mantan siswa SMK di Medan, tersangka, terancam enam tahun penjara
2. Jamil Adil (47), merupakan warga Bantaeng, Jalan Kebon Baru, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
3. Ropi Yatsman (36), ditangkap di Padang, Sumatera Barat, 27.02.2017
4. Rizal Ali Zain (37)
5. Yulianus Paonganan, menyebarkan sebuah foto Presiden Joko Widodo yang duduk bersama artis NM.
6. Muhammad Arsyad Assegaf (24),
dia ditangkap di Ciracas, Jakarta Timur pada 23.10.2014
7. Sri Rahayu, di Cianjur, Jawa Barat, 05.08.2017
8. Muhammad Said, warga Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat
9. Bang Izal
10. Tamim Pardede (45), warga Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan ini, ditangkap 6 Juni 2017.
Selain itu ada 2 non pri yakni
1. Remaja S (RJ), 16 tahun, keturunan Cina di Kembangan, Jakarta, (Merdeka.com, 24 Mei 2018)
2. Pria yg mengaku Dewa, keturunan Cina (Jakarta, Poskota, 23 Nov 2021)
Anehnya kedua penghina Jokowi ini tidak Ada yang dihukum. Tapi RG seorang pribumi, dosen dan kritikus kebijakan Presiden dan Pemerintah yang kritis malah dilaporkan oleh PDIP & Relawannya. Rocky Gerung sebelumnya mengkritisi kebijakan Jokowi dalam membangun IKN dan menyebutnya seorang ‘bajingan tolol’. Kalau perlu Moeldoko sendiri yang akan melaporkan. katanya di Istana, (Jakarta, Republika.co.id.3/8/2023).
Nah dari uraian ini terlihat bagaimana sikap Moeldoko, dia bersedia pasang badan untuk Jokowi karena yang menghinanya adalah seorang dosen yang asli pribumi, tapi tidak bereaksi saat penghina Jokowi itu keturunan Cina, padahal jabatannya sama juga sebagai KSP. Ada apa ya ?
Tidak salah jika masyarakat membaca perilaku Moeldoko yang Jenderal bintang 4 dan mantan Panglima TNI ini sebagai peliharaannya oligarki. Mirip dengan Moeldoko, partai & relawan pun yang jika menghadapi keturunan Cina jadi ciut, tapi menghadapi pribumi jadi garang.
Ini merupakan kasus menyedihkan, padahal ini merupakan masalah mendasar yang menjadi jiwanya kemerdekaan. Nah bagaimana jika pendatang Cina dari RRC ingin menguasai RI ? Apakah mereka ini berani bersuara ?
Saya memperhatikan sepak terjang Moedoko di wilayah sipil ini memang buruk. Contoh:
1. HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia)-Wikipedia, 2023
1.1. MUNAS Ke- 7 Periode Tahun 2010 s.d. 2015 pengurusan HKTI “terpecah menjadi dua kubu”, yaitu HKTI dengan Ketua Umum Prabowo Subianto, dan HKTI dengan Ketua Umum Dr. Oesman Sapta Odang.
1.2. MUNAS Ke- 8 Periode Tahun 2015 s.d. 2020, HKTI kubu Prabowo Subianto dilanjutkan oleh Dr. Fadli Zon, M.Sc., sementara HKTI versi OSO dilanjutkan kepemimpinannya oleh Jenderal TNI Purn Dr. H. Moeldoko, SIP. Jika saja Moeldoko punya ahlak yang baik, tentu tidak akan mau menjadi Ketua HKTI tandingan.
2. Partai Demokrat
Rasa semua rakyat Di negeri ini yang melek politik, tahu sepak terjang Moeldoko ingin membajak partai Demokrat ini. Menurut AHY: setidaknya sudah 16 Kali Pengadilan Memenangkan partai Demokrat lawan Moeldoko, tapi Moeldoko yang bukan anggota PD ini tetap saja mengajukan PK, karena Ketua MKnya adik Ipar Jokowi. (Republika.Co.Id, 03.04.2023 WIB).
Nah dari kedua kasus di atas, jelas perilaku Moeldoko tidak baik, tidak memiliki kesetia kawanan ataupun korsa. Sebagai info, Moeldoko adalah orang yang sangat dipercaya oleh SBY mantan presiden RI yang menjadi Ketua Majelis Tinggi di partai Demokrat. Saat di bawah SBY Moeldoko setia, akan tetapi kesetiaan yg diperlihatkannya adalah kesetiaan semu (tidak amanah). Buktinya setelah SBY pensiun, Moeldoko malah mau merebut Partai Demokrat. Begitu juga terhadap seniornya Prabowo, dia sampai hati bersedia jadi Ketua HKTI tandingan. Entahlah apa motivasi Moeldoko sehingga menjadi seperti itu.
Ketidaksetiaan ini sangat mungkin terjadi pada Jokowi setelah tidak menjadi presiden lagi. Bisa juga terjadi pada siapa saja yang telah berjasa padanya. Perilaku politikus lebih dominan dari pada perilaku satria.
Sikap Moeldoko sangat berbeda dengan sikap Gatot Nurmantyo dan Susno Duadji, sama-sama mantan petinggi TNI dan Polri. Ada kesan Moeldoko membela yang bayar, bukan mencari solusi.
Bandung, 8 Agustus, 2023