Memanaskan Tanpa Api, Perang Nir-Militer di RI Antara Pemerintah dengan Rakyat?

Oleh: Memet Hakim, Pengamat Sosial dan Ketua Wanhat APIB

Dalam kehidupan sehari- hari memanaskan tanpa api sering dilakukan, misalnya memanaskan air dengan kompor listrik, shower air panas listrik, microwave, dll.

Tapi bagaimana memanaskan orang tanpa api, itulah kerjaan buzzer & aparat termasuk menteri dan presidennya yang suka melemparkan fitnah, hoax atau bohong, sehingga orang terpancing kejengkelan & kemarahannya.

Polisi juga sering melakukan hal seperti ini untuk menghadapi demo yg dianggap mengganggu. Beberapa orang aparat atau orang lain yang diberi tugas pesusupan, mereka berteriak teriak sehingga panas dan terjadi keributan. Bisa juga playing victim, anggota yg disusupkan sengaja memancing untuk dikeroyok massa, kemudian atas dasar itu dilakukan penangkapan.

Pemanasan tanpa api dilakukan juga untuk mengetes respon masyarakat, dilemparkan isu tertentu, jika tidak ada respon langsung dijalankan. Jika ada respon diukur sebesar apa responnya, jika kecil akan dijalankan, tapi jika besar ditunda atau dibatalkan dulu.

Akan tetapi yang janggal adalah mengapa hal tersebut dilakukan oleh penguasa terhadap rakyatnya. Ada apa gerangan. Di negara manapun, presiden dan jajarannya akan selalu menjaga kehormatan negara dan bangsanya. Presiden akan mempersatukan seluruh komponen bangsa.

Nah di negara kita malah rakyat, khususnya umat Islam yang mayoritas dianggap sebagai musuhnya. Sangat tidak masuk akal sehat. Berbagai cara bagaimana memecah belah rakyat, supaya yang minoritas berkuasa atas mayoritas.

Peran oligarki dalam mengendalikan pemerintah tidak dapat dianggap remeh, sangat mungkin terlalu kuat. Belum lagi sinyalemen komunis telah menyebar ke segala lini kekuasaan. Kedua faktor inilah membuat pemerintah bisa berbuat hal tidak lazim pada rakyat dan negaranya.

Kekecewaan rakyat terhadap penguasa, kelihatannya telah menggunung, sehingga unjuk rasa demi unjuk rasa berjalan walau berjalan secara parsial. Jika saatnya tiba dimana ada moment tertentu yang membuat rakyat sangat marah, tentu unjuk rasa parsial diatas akan menjadi satu. Ibarat air hujan yang berkumpul di suatu titik menjadi besar. Semua ini akibat kebijakan pemerintah juga semuanya.

Nah jika terkait perang nir militer, rasanya tidak masuk akal jika presiden beserta aparatnya menganggap Islam yang mayoritas harus diredam atau ditekan, dan yang minoritas selalu diberi angin. Kalau benar analisis ini tentu presiden yang diangkat secara resmi ini merupakan penyusup atau yang disusupkan. Tapi semoga saja prediksi ini tidak benar.

Bandung, 6 Juli 2023