Tips Aman dan Nyama Naik Bus Shalawat

Oleh: Nana Sudiana (Calhaj SOC 10)

Bagi jamaah haji Indonesia, terutama yang sudah berada di Makkah, pasti akan tahu apa itu Bus Shalawat. Bus Shalawat ini merupakan fasilitas transportasi yang digunakan untuk mengantar jamaah haji Indonesia dari hotel atau pemondokan ke Masjidil Haram di Makkah dan sebaliknya.

Sejarah keberadaan bus ini ternyata sudah cukup lama. Bus ini pertama kali diadakan pemerintah Indonesia tahun 2008. Ketika Menteri Agama saat itu, almarhum Maftuh Basyuni. Layanan pertama kali bus ini dilakukan pada saat perluasan Masjidil Haram. Saat itu, jamaah haji Indonesia tersebar cukup jauh, bahkan ada yang jaraknya lebih dari 10 km dari Masjidil Haram.

Awalnya, pemerintah menyewa 600 bus dengan konsekuensi yang terbilang apa adanya, tidak ada sistem, dan tidak ada juga petugas khusus yang mengelola. Musim haji tahun 2023 ini, ​​​​​​​Pemerintah menyiapkan 490 armada bus shalawat dengan 230 petugas yang disiagakan.

Bus ini akan beroperasi selama 24 jam penuh. Adapun perjalanan masing-masing bus disesuaikan dengan jumlah jamaah yang ada di masing-masing rute. Di Makkah, terdapat 10 rute bus shalawat yang menghubungkan 111 hotel yang digunakan jamaah haji Indonesia. Adapun Jarak terdekat dari hotel ke Masjidil Haram sekitar 850 meter, sedang jarak terjauh sekitar 4.300 meter.

Saat ini ada lima rute Bus Shalawat di Makkah sesuai wilayah hotel jamaah dengan tiga terminal, yaitu: Syib Amir, Bab Ali, dan Jiad. Rute pertama, Mahbas Jin – Bab Ali. Sebanyak 16 bus disiapkan untuk melayani 19.288 yang tersebar di enam hotel di wilayah Mahbas Jin. Ada tiga halte pemberhentian yang telah disiapkan.

Kedua, rute Syisyah – Syib Amir. Ada 29 bus yang disiapkan untuk melayani 11.428 jamaah yang tinggal di 9 hotel wilayah Syisyah. Di sini disiapkan tiga halte pemberhentian.

Ketiga, rute Raudhah – Syieb Amir. Total ada 53 bus untuk 21.015 jamaah yang tinggal di 6 hotel wilayah Raudhah, dengan lima halte pemberhantian.

Keempat, rute Jarwal – Syieb Amir. Rute ini akan melayani 24.904 jemaah yang tinggal di dua hotel wilayah Jarwal. Total ada 62 bus dengan dua halte.

Kelima, rute Misfalah – Jiad. Rute ini melayani 17.550 jamaah. Mereka tinggal di 13 hotel wilayah Misfalah dengan tujuh halte pemberhantian.

Pengalaman Langsung Naik Bus Shalawat

Saat Ahad Sore (4/6) rombongan kami di SOC 10 bergerak dari Hotel Madinah menuju Makkah, akhirnya tepat Ahad tengah malam, tepatnya Senin pagi buta (5/6) kami sampai di salah satu hotel yang ada di Makkah, tepatnya di daerah Misfalah. Setelah menyimpan koper kabin serta barang bawaan lain, rombongan kami segera bersiap untuk melakukan umroh wajib.

Ketika itulah, tepat di depan hotel, berjejer Bus warna hijau dengan tempelan warna sticker bendera merah putih yang bertuliskan Indonesia ; Misfalah 1 – Jiad. Tak lupa ada gambar lambang negara Garuda Indonesia di ujung sticekr bendera tadi.

Secara penampilan fisik, Bus Shalawat tampak gagah dan elegan. Di kaca bus bagian depan juga ditempel sticker bertuliskan Indonesia. Walaupun saat itu tengah malam menjelang pagi, suhu di luar tetap saja gerah. Dan begitu kami semua diarahkan memasuki bus Shalawat, langsung terasa sejuknya udara di dalam bus. Hal ini karena kondisi AC di dalam bus shalawat sangat dingin, sehingga jamaah haji tidak perlu khawatir kepanasan maupun kegerahan.

Bus Shalawat berjenis city bus dengan spesifikasi pembuatan antara tahun 2017 – 2021. Bus-bus ini berkapasitas 70 penumpang. Di dalamnya, tersusun deretan kursi yang nyaman dan bisa diatur kemiringan-nya sesuai keinginan penumpang. Bus Shalawat juga dilengkapi teknologi canggih seperti fasilitas colokan listrik berupa lubang USB yang dapat berfungsi sebagai pengisi daya handphone. Sebab itu, jamaah haji tak perlu khawatir jika baterai handphone lowbat. Untuk mitigasi risiko keamanan dalam bus, terdapat juga alat pemecah kaca.

Bus Shalawat beserta para petugas yang mengelola-nya, aktif memberikan layanan selama 24 jam. Secara teknis, untuk memudahkan jamaah, PPIH juga menyiapkan halte bus pada tempat strategis di depan hotel sehingga mudah dijangkau. Selain itu, ternyata telah juga disiapkan call center pengaduan jamaah haji terhadap pelayanan Bus Shalawat.

Saat rombongan kami hendak menuju Masjidil Haram dari hotel, dengan cepat semua deret kursi yang ada terisi. Begitu terisi, bus langsung berangkat. Begitu bus kami bergerak melaju, bus yang dibelakang kami segera masuk dan kembali di isi oleh jamaah haji.

Begitu pun ketika kami selanjutnya akan ke masjidil Haram, dengan cepat bus shalawat berjejer rapi di depan hotel dan petugas pun dengan sigap mengatur para penumpang sesuai kapasitas bus agar semua jamaah tetap nyaman dan aman selama berada di bus.

Seiring makin banyaknya jamaah haji yang datang, apalagi gelombang kedua juga sudah sampai Makkah, maka semakin terasa kepadatan saat menggunakan bus shalawat.

Walaupun bus shalawat dari Al Jiad menuju Misfalah 1 ini semakin banyak jumlahnya, namun dengan pertambahan jamaah haji yang mengisi hotel-hotel di sektor 10 dan 11 semakin padat, maka bus pun kian terasa sesak ketika berangkat, apalagi menjelang waktu-waktu shalat fardlu.

Ada 3 Tips agar jamaah tetap bisa nyaman menikmati perjalanan dengan bus shalawat, yaitu :

Pertama, datanglah lebih awal sebelum masuk waktu shalat

Seiring semakin dekatnya puncak ibadah Haji, maka semakin banyak jamaah haji dari Indonesia di Makkah. Kepadatan Makkah pun terus meningkat. Tak terkecuali semakin banyak jamaah Haji Indonesia yang semakin banyak memerlukan Bus Shalawat untuk pergi ke Masjidil Haram. Untuk itu, pergilah semakin awal menuju masjid. Minimal 1 jam sebelumnya sudah berada di bus.

Pergi lebih awal juga menghindari penumpukan penumpang di halte-halte temporer bus yang ada di depan hotel. Walaupun jumlah bus shalawat yang disediakan sudah cukup banyak, tetap saja, agar lebih nyaman saat menumpangnya, jamaah Haji akan lebih leluasa jika datang lebih awal sehingga bisa duduk dengan nyaman dan tak berdesak-desakan di dalam bus.

Seperti kami dan teman-teman di Misfalah ini, walau waktu Shalat Maghrib di Masjidil Haram tercatat pada pkl. 19.06 waktu Makkah, rata-rata kami sudah bersiap di Bus Shalawat setelah ashar (pkl.16.00 sd 16.30 waktu Makkah). Perjalanan dengan Bus dari Misfalah ke terminal Al Jiad (terminal bus Shalawat) memang tak lama, hanya sekitar 15 menit bila tak terlalu padat di jalan, namun dari Terminal Al Jiad, kami harus berjalan kaki lagi menuju Masjidil Haram sekitar 10-15 menit.

Agar nyaman dan tak terburu-buru, kami setidaknya memerlukan waktu 1,5 sd 2 jam sebelum waktu shalat mulai. Karena dari terminal Bus Shalawat pun, biasanya sudah sangat padata dengan jamaah haji dari negara lain. Padahal saat ini, jamaah haji dari negara lain juga terus berdatangan seiring dekatnya puncak ibadah haji.

Kedua, jangan memaksakan diri masuk bus ketika bus sudah penuh

Menuju atau pulang dari Masjidil Haram tidak perlu terburu-buru. Jangan memaksakan diri ketika bus sudah penuh, untuk masuk ke dalam bus. Selain akan membuat berdesakan, juga akan membuat penumpang lain menjadi tidak nyaman. Tokh bus ini tersedia dalam 3 sampai 5 menit sekali, jadi menunggu bus berikutnya datang, adalah pilihan bijak jamaah haji.

Penting juga diketahui, bahkan kalau perlu ketika keluar dari Masjidil Haram, tidak perlu tergesa-gesa begitu selesai shalat terus pulang. Nikmati dahulu kekhusyu-an ibadah di masjid. Selingi juga dengan banyak berdzikir, tilawah Al Qur’an, shalat Syuruq, Shalat Dhuha serta beragam shalat sunah lainnya.

Dengan begitu, ketika kita akan keluar masjidil Haram, kepadatan jamaah shalat telah berkurang signifikan. Ini juga akan in-line dengan kepadatan penumpang nantinya di Bus Shalawat yang akan kita naiki. Sejumlah jamaah haji lain, semoga telah bergerak lebih dulu menuju hotel sehingga bus menjadi lebih nyaman dan leluasa saat kita naik dan berada di dalamnya.

Semakin mendekati puncak haji, idealnya semakin kita tambah durasi masa menunggu kita di Masjidil Haram ketika kita akan pulang ke hotel. Sebaliknya, semakin lebih awal kita berangkat dari hotel. Hindari mendekati adzan baru berangkat dari hotel. Apalagi tempat tinggalnya di Makkah cukup jauh.

Ketiga, selalu bersabar dan prioritaskan lansia

Dalam kondisi normal, interval jarak menunggu kedatangan bus pada rentang 1-5 menit. Lalu berlanjut menjadi 5-10 menit. Dan bukan tidak mungkin karena situasi makin padat dan ramai, interval bus juga akan bertambah. Mendekati puncak ibadah haji, yang sakit, kelelahan dan kecapekan bisa jadi juga semakin meningkat. Ditambah, semakin populasi lansia pun semakin bertambah. Hal ini karena jamaah haji gelombang kedua pun kurang sepertiga isinya juga lansia.

Karena situasi tadi, yang sehat-sehat, yang muda diminta lebih bisa bersabar dan bersedia memprioritaskan para lansia. Sekaligus membantu mereka agar bisa lebih optimal dalam aktivitas harian-nya. Sebagai sesama jamaah haji, tentu saja sangat besar keinginan para lansia ini juga untuk bisa mengunjungi masjidil Haram di luar Umroh Wajib mereka ketika masuk kota Makkah.

Para lansia dan sebagian yang kurang sehat ini juga berharap mendapat limpahan keberkahan, sekaligus pengalaman spiritual bisa shalat fardlu di Masjidil Haram. Untuk itulah, para jamaah yang muda-muda, sehat dan memiliki kepedulian selayaknya menjadi supporter para lansia dan yang kurang fit untuk juga sesekali dikawal untuk bisa berada di dalam Masjidil Haram untuk shalat berjamaah di sana.

Kasihanilah mereka para lansia dan yang kurang fit untuk secara bergiliran dapat kesempatan bisa menikmati Masjidil Haram dalam untaian do’a dan shalat mereka. Bantu mereka sejak dari hotel, di Bus Shalawat, hingga di Masjidil Haram, hingga bisa dengan aman dan nyaman kembali ke hotel lagi.

Esensi haji kan pengorbanan, dan juga karena ia adalah puncak penyempurna rukun Islam, ia juga sekaligus simbol persatuan dalam balutan ibadah pada-Nya dengan seluruh daya dan kemampuan yang dimiliki. Haji juga idealnya adalah sarana puncak kesetiakawanan dan solidaritas antar sesama. Antara yang kuat dan lemah, antara yang berpunya dan dhuafa, antara yang mampu dan kurang mampu dan antara yang sudah mulai mendekat pada Sang Pencipta dengan mereka yang ingin mulai mendekat dan mencintai-Nya.

Misfalah, Senin, 12 Juni 2023