Kajian Politik Merah Putih: CSIS Dukung Capres Pro-Taipan dan Anti-Islam

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) akan mempunyai peran penting di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dengan mendukung capres yang berpihak kepentingan taipan.

“Kemunculan pendiri CSIS Jusuf Wanandi dalam wawancara Rosiana Silalahi di Kompas TV membahas Pilpres 2024 memberikan sinyal CSIS capres yang pro taipan (China) dan anti-Islam,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (28/5/2023)

Kata Sutoyo, era Orde Baru, CSIS tidak suka kepada Islam atau syariat Islam. Pada Sidang MPRS 1968, Ali Moertopo menyarankan kepada Soeharto agar menolak GBHN yang dirumuskan MPRS yang dipimpin oleh Jenderal Nasution dan Subchan ZE dkk berhasil melobi Soeharto yang ‘baru mengenal politik’ saat itu.

Kata Ali Moertopo, “Bapak tidak bisa menerima usulan Badan Pekerja karena semuanya dibuat oleh Nasution dan oknum ABRI berhaluan kanan. Bapak tidak bisa menerima ini karena dalam konsep-konsep tersebut diselipkan perumusan penerapan syariah Islam”

“Kini kejadian yang sama dengan orang yang berbeda namun semuanya adalah kader LB Moerdani yaitu Luhut Pandjaitan, Hendropriyono, dan beberapa jendral merah tua berkuasa saat ini bersama Jokowi, telah memiliki strategi untuk menyingkirkan siapapun yang akan menghalangi mereka,” paparnya.

Kelompok CSIS yang diakui Jusuf Wanandi sebagai “kelompok China dan Katolik”, memang sejak 1988 sangat kecewa kepada Soeharto yang meninggalkan CSIS.

Sampai pada masa Jokowi memegang tampuk pimpinan negara sebagai presiden, kata Sutoyo kelompok CSIS kembali menemukan momentumnya bahkan lebih dalam rezim menggelar karpet merah untuk mereka ikut mengatur negara secara langsung.

Dari sebuah lembaga yang dianggap ‘dekat’ dengan Soeharto dan think tank yang memberi legitimasi pada kekuasaannya, yang dikelola oleh ‘keturunan Tionghoa dan Katolik’, saat menjadi lembaga yang menentang Soeharto, otomatis menentang umat Islam.

“Benny Moerdani yang dianggap tokoh-tokoh Islam sebagai musuh utama tahun 1980-1990an, selain CSIS, kecewa besar terhadap Presiden Soeharto yang mencopotnya sebagai Panglima ABRI dan Panglima Kopkamtib,” pungkasnya.