Mampukah AHY Menjadi Cawapres?

Pendaftaran capres masih 9 bulan lagi, tapi suasananya makin hangat. Jadwal untuk pendaftaran calon presiden dan wakil presiden 2024 akan dibuka pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.

Anies Baswedan (AB) memang menonjol, hebatnya dia bukan kader partai manapun. Pendukungnya sudah ada di seluruh Indonesia dan bahkan di Luar negeri. AB ini merupakan personal yg berprestasi memimpin ibu kota Negara, humble, berahlak baik, jauh dari sifat buruk, networkingnya luas. Partai manapun yg mendukungnya dipastikan suaranya akan bengkak.

Untuk calon presiden tidak perlu perdebatan lagi, nama AB sudah mantap, sehingga kubu sebelah sulit menjatuhkannya. Penyerangan terhadap AB itu merupakan tanda kepanikan kubu sebelah, artinya AB dianggap kuat dan potensial.

Nah yg kita akan bahas sekarang peluang AHY sebagai Cawapres. Jabatan ini bergengsi, guyonnya jadi ban serep, tapi keren. AHY sosok anak muda, ketua partai besar, pintar, cerdas, berani dan mantan tentara. Rasanya belum ada catatan negatifnya. Walau anak mantan presiden RI tampak sederhana dan biasa saja. Jangan anggap enteng kemampuannya.

Prestasi saat menjadi tentara memang tidak terlihat, tapi sebagai ketua partai Demokrat perlu diacungi jempol. AHY yang mantan Mayor bisa mengalahkan kubu yang dipimpin oleh mantan jendral bintang 4. Buat yang ragu ragu terhadap AHY ini merupakan bukti nyata kepiawaian nya mempertahankan diri dari serbuan tokoh2 PD yang berada di luar. AHY bisa mengkoordinir kekuatannya untuk bertahan. PD juga sudah secara terbuka siap dukung AB lebih dulu, ini suatu keuntungan buat PD.

Siapa yang bisa menghadapi mantan panglima TNI yang Ketua KSP ? KPU saja patuh mengganti kotak alumunium jadi kardus. Kemenkumham tetap mengakui kepengurusan Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hasil Kongres 2020. Memenangkan perang ini bukan perkara mudah, AHY telah membuktikannya menjadi pemenangnya.

Baca juga:  Puan Kasih Sinyal AHY Berpasangan Ganjar?

Memang banyak yang masih ragu terhadap AHY yang berpangkat Mayor, apakah mungkin bisa mengatasi para jendral, tapi bukankah John Fitzgerald Kennedy berpangkat Letnan adalah Presiden Amerika Serikat ke-35 juga dari Partai Demokrat Amerika ? Jabatan Wakil presiden bukanlah jabatan tentara, tapi jabatan sipil, jadi tidak masalah bawahannya seorang jendral sekalipun, jika memang dipilih oleh rakyat.

Masih soal pangkat, banyak tokoh yang mendapat pangkat tituler antara lain, Kepala Daerah, Pejuang & Pahlawan dan Pakar atau Ahli. Yang viral beberapa waktu yl Deddy Corbuzier diberikan pangkat Letnan Kolonel. Sebelumnya J Leimena sebagai Laksamana, Chairul Saleh sebagai jendral,Prof Drg Mustopo juga seorang Mayjen dan banyak lagi. AHY juga bisa saja diberikan pangkat Jendral kelak, jika berjasa terhadap bangsa dan negara. Jadi rasanya terlalu dangkal jika harus mempersoalkan pangkat mayornya. Pangkat jendral yang pecundang dan pangkat Mayor yang pejuang, mana yang lebih baik ?

Jika AHY ditunjuk jadi Cawapres bukan usul diri sendiri, tentu ini suatu kehormatan. AHY diyakini dapat berperan memenangkan pilpres bersama AB, karena punya gerbong besar yang saat ini belum diturunkan. Jika suatu saat diminta tentu mesin partainya akan all out juga, karena ketuanya yang menjadi taruhan.

Kelebihan AHY yang kuat adalah umurnya yang relatif muda dan kreatif. Sebagai anak mantan presiden sedikit banyaknya banyak pendukung SBY yang masih setia, akan mendukung AHY. Karakter AHY selama ini tidak terlihat tamak, semoga ini merupakan karakter aslinya. Jika demikian tentu akan cocok dengan karakter AB sebagai capresnya, ini bisa menjadi sinergi yang sangat kuat, saling dukung , saling melindungi, sama2 sepakat kembali ke UUD 45.

Seandainya AHY menjadi cawapres bagaimana dengan nasib PKS yang konon kabarnya akan menyusul mendeklarasikan dukungannya. PKS diprediksi tetap akan menjadi partai terbesar dan low profil serta tidak mata duitan. PKS dapat memainkan peran penting sebagai satu-satunya partai agamis tapi juga nasionalis. Para tokohnya dapat memainkan peran utama dibidang yudikatif, perekonomian, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang selama ini dirasakan adanya ketidak adilan dibidang hukum, ekonomi, agama dan kesejahteraan rakyat

Baca juga:  Gibran Terlempar, Jokowi Terbakar

Nasdem punya kekuatan di bidang komunikasi hubungan luar negeri & Partai Demokrat dibidang pertahanan keamanan. Bidang profesi biarlah para ahlinya yang mengerjakan. Wah rasanya Indonesia ke depan akan jauh lebih baik.

Ada perbedaan orientasi antara partai politik dan relawan. Parpol menginginkan kekuasaan dan uang, sedang relawan menginginkan keadilan & kemakmuran rakyat, perlu disatukan visinya, jangan sampai relawan yang berjuang, partai yang menikmatinya. Tidak mudah menjalin kolaborasi, tetapi jika terjadi kolaborasi tetap saja pihak relawan yang banyak kalahnya. Relawan tidak terbiasa dengan bahasa politik, janji politik dan deal2 politik. Relawan terlalu polos dan mudah retak jika harapannya tidak terpenuhi.

Bagaimana jika partai dan relawan bergabung bersama untuk memenangkan capresnya? Para relawan direkrut menjadi kader partai politik tersebut. Partai nasionalis atau agamis atau nasionalis agamis tinggal saling memilih. Mungkin cara ini lebih jelas posisinya masing2.

Perbedaan sifat juang antara partai dan relawan seharusnya bisa menjadi jalan keluar bagi partai yg ingin berkembang besar. Ketamakan & keculasan partai yg telah diperlihatkan selama ini bisa dikoreksi dg adanya darah baru dalam partai. Adanya perbedaan sifat juang, jika tidak clear, ini bisa mempengaruhi keberhasilan bersama. Partai mencari kekuasaan dan uang akan berbenturan dengan tujuan relawan yg ingin keadilan dan kemakmuran semata. Pengurus partai harus sukarela seperti relawan. Relawan idealnya jangan dijadikan mesin suara, tapi menjadi mesin partai, sehingga partai solid dan kuat.

Bandung, 27 Januari 2023
Memet Hakim
Pengamat Sosial