Pengamat Sosial: Pimpinan Bangsa Indonesia Menjadi Tawanan China

Pimpinan bangsa Indonesia telah menjadi tawanan China di mana mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada negeri Tirai Bambu seperti mendatangkan TKA RRC.

“Pimpinan Indonesia sudah menjadi tawanan China seperti yang terlihat kasus bentrok di Morowali Utara di mana 17 pekerja lokal menjadi tersangka,” kata pengamat sosial Memet Hakim kepada redaksi www.suaranasional.com, Rabu (25/1/2023).

Kata Memet, pimpinan bangsa Indonesia menjadi tawanan China terlihat dari proyek IKN, reklamasi, Kereta Api Cepat Bandung-Jakarta, investor bebas pajak, Omnibus law, Perpu Cipta kerja, Second home base policy, turn key project, pembangunan bandara di kota-kota kecil, kebijakan KTP dan lain sebagainya.

“Semuanya terlihat seolah menyediakan penduduk & tentara RRC datang dan pindah ke Indonesia. Selain itu jika ada masalah seperti di Morowali TKA China dibela abis-abisan, pekerja lokal dibantai begitu rupa. Selain itu TKA dan investor China yang bebas pajak ini menjadi arogan, apalagi oknum polisi dan TNI ikut membela China. Entah rakyat Indonesia ini siapa yang bela,” paparnya.

Para pemimpin partai politik berlomba menggaruk kekayaan rakyat dan ikut menghamba pada pemimpin bangsa lain. Sungguh berbanding terbalik kondisinya. Bahkan anggota dpr (sengaja huruf kecil, sekecil manfaatnya buat rakyat), saat pileg ramai-ramai minta dukungan rakyat, setelah jadi mereka menghianati rakyat dengan disepakatinya berbagai undang-undang yang menyusahkan rakyat.

“Setelah jadi anggota dpr mereka setia pada partai dan apa saja yg jadi duit, termasuk ikut mengabdi pada bangsa lain. Sungguh ini penghianatan atau kemunafikan yang bukan main,” jelasnya.

Bagaimana dengan aparat? Lihat saja perilakunya, sudah jauh menyimpang dari yang didambakan oleh rakyat. Kesetiaan mereka hanya untuk kekuasaan dan harta. Bagaimana dengan TNI, rasanya sama saja, mereka ramai-ramai menjadi penjilat supaya bisa cepat naik pangkat.

“Sumpah setia pada Negara sudah dilupakan, tinggal yang sisa setia pada atasan dan uang. Lihat saja investor Cina yang merugikan negara justru dilindungi. Faham komunis yang dulu diperangi oleh para seniornya dengan korban darah dan jiwa, sekarang justru menjadi teman, sehingga harus dibela,” papar Memet.

“Ingin rasanya mendengar Panglima TNI mengusir TKA yang kurang ajar dan memerangi komunis yang sudah merayap kesemua lini. Ingin rasanya TNI kembali ke jati dirinya, menjaga negara seutuhnya bersama rakyat. TNI mandiri, tidak membebek pada instansi lain. Ingin rasanya polisi bersikap seperti waktu dipimpin oleh Jendral Hoegeng. Gunakanlah right or wrong is my country sebagai penyemangat anggota TNI dan rakyat,” pungkasnya.