Sebut Radikalisme akan Meningkat di Tahun Politik, Aktivis ICMI Muda Nilai Moeldoko Bicara Tanpa Data

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko berbicara tanpa data dengan menyebut radikalisme akan meningkat di tahun politik.

“Di tahun politik yang meningkat justru politik uang dan penyebaran hoaks bukan radikalisme. Sekelas Kepala KSP Moeldoko berbicara tanpa data,” kata aktivis ICMI Muda Ahmad Anjay Al Baroesy kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (21/10/2022).

Menurut Ahmad, isu radikalisme sudah tidak laku lagi di mata rakyat. “Isu radikalisme hanya ditujukan sekelompok umat Islam,” ungkap Ahmad.

Ahmad khawatir isu radikalisme untuk menghantam pendukung Anies Baswedan. “Selama ini Anies dan pendukungnya disudutkan dengan kelompok radikal, intoleran,” papar Ahmad.

Moeldoko mengatakan, ada kecenderungan bahwa radikalisme akan meningkat saat tahun politik, pada 2023 dan 2024.

Moeldoko mengatakan, kondisi tersebut harus diwaspadai, apalagi jelang pemilu.

“Situasi internal kita juga perlu aware. Dinamika politik dan potensi radikalisme akibat politik identitas. Survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020, potensi radikalisme 14 persen,” ujar Moeldoko di Bina Graha, Jakarta, Kamis (20/10/2022).

“Itu data dalam kondisi anomali saat pandemi. Tahun politik pada 2023-2024 ada kecenderungan meningkat,” tegasnya.

Dia pun menekankan, penyampaian terhadap risiko meningkatnya radikalisme memiliki standar tersendiri. Sehingga, tidak mungkin pemerintah asal-asalan memberikan label tertentu.

“Stigma radikalisme itu apakah buatan versi pemerintah, apa kenyataannya tidak seperti itu, ini saya serahkan untuk bertanya langsung kepada BNPT,” kata Moeldoko.

“Karena mereka yang memiliki standar seseorang dinyatakan masuk kelompok ini dan itu, pasti ada standarnya, enggak mungkin asal-asalan,” tambahnya.