Nestapa Jokowi di Akhir Kekuasaan

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Setiap kekuasaan akan berahir dan anding dari kekuasaan tergantung saat berkuasa. Sikap ‘ojo dumeh’ didasarkan pada kenyataan bahwa jalannya kehidupan itu bagaikan roda yang berputar. Setiap titik pada roda akan mengalami perubahan posisi, dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.

Siapa yang akan melindungi Presiden Jokowi setelah dia lengser dari kekuasaannya. Ini pertanyaan spontan seorang mahasiswa yang terlibat dalam diskusi kajian Politik Merah Putih. Karena masyarakat memiliki pertanyaan  yang sama dan mungkin menyelinap pertanyaan dalam otak Jokowi sendiri.

Bung Karno, dilindungi Pak Harto ketika mau dimahmilubkan oleh para jenderal garis keras. Pak Harto  dilindungi TNI dan Golkar. Habibie,
Dilindungi Golkar dan TNI.

Gus Dur, Megawati, SBY, mereka bertiga adalah pemimpin partai politik yg punya pengaruh kuat di parlemen dan masyakat. Terlindung oleh partainya.

Jokowi, bukan Ketum partai, statusnya jadi presiden cuma petugas partai. Presiden paling banyak masalah akibat kelola negara tanpa arah, negara dan rakyat menjadi korbannya.

Di ujung masa baktinya hubungan Jokowi dengan Megawati,  mulai retak, dan bisa pecah kongsi. Akibat Jokowi salah tingkah punya ambisi memperpanjang masa jabatannya dan atau merekayasa tiga periode. Belum reda  secara sepihak menerjang arus kebijakan PDIP  menjagokan Gandjar Pranowo sebagai penggantinya.

Melewati batas riil politiknya, merasa dirinya sudah bertransformasi menjadi institusi politik yg bisa menentukan perpolitikan di Indonesia. Nasibnya hanya tinggal tergantung belas kasihan oligarki.

PDIP memang the rulling party yang memberi tugas  Jokowi  sebagai Presiden sebagai petugas partai, lepas dari kendalinya. Lupa masih ada etika politik yang harus dijaga bahkan bisa menjadi pelindung paska purna tugasnya di abaikan, diinjak dan dilumatkan.

Bisa terjadi  jika Megawati menarik dukungan kepada Jokowi, maka Jokowi akan bernasib nestapa diakhir kekuasaannya, akan menjadi mangsa para lawan lawan politiknya selama ini atau akan dibidik berbagai masalah dari semua penjuru.

Saat ini sebagai Presiden, Jokowi  bisa mengendalikan institusi TNI dan Polri tetapi paska purna tugas, jangan harap TNI dan Polri akan melindunginya. Telah menjadi  rahasia umum dia telah merusak pola karir para perwira. Dia memilih perwira-perwira di posisi strategis hanya karena faktor kedekatan pribadi dan para penjilatnya. Ini merusak soliditas dan karir di TNI dan Polri.

Setelah Jokowi pensiun, para perwira pilihan Jokowi dugaan kuat  pasti dicopot harus  cari selamat sendiri sendiri. Tidak ada satupun yang berani melindunginya karena mereka orang lemah, perwira yang tidak mendapat “pengakuan” dari teman dan para prajuritnya.

Harapan terakhir akan berlindung dengan ormas Pro Jokowi (Projo).  Dipastikan Projo akan membubarkan diri, karena ormas ini bukan ormas militan hanya sekedar ikut angin berhembus. Bisa terjadi mantan Projo akan ribut ikut memangsa menagih janji janji upahnya yang belum dibayarkan.

Para taipan (oligarki) yang selama ini mendukung pencitraan Jokowi otomatis akan kabur dan tidak akan peduli lagi, karena sudah tidak ada lagi kepentingan politik dan ekonomi dengan Jokowi. Oligarki hanya berkepentingan dengan kekuasaan, keuntungan dan kelangsungan usaha ekonominya.

Akhir kehidupannya akan sangat berat karena telah menyandang sebagai musuh bersama rakyat  (common enemy of the people ). Bahkan sangat mungkin akan berhadapan bermacam kasus hukum yang akan menimpanya.
Akibat  penyalah gunaan kekuasaan dan indikasi korupsi yang melekat pada diri juga pada kroni kroninya.

Kebaikan dan keburukan tidak akan pernah bercampur dan tidak akan hilang dan terhapus karena waktu. Salah nasib bukan ketenangan hidup di akhir masa jabatannya tetapi ending kekuasaannya akan dirundung penderitaan hidup yang sangat berat.