Rektor UIN Sunan Kalijaga Sebut Agama Jadi Candu, Mayjen (Purn) Deddy S Budiman: Diduga Terpapar Oligarki Neo Komunisme

Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin diduga terpapar Oligarki Neo Komunisme atas penyebutan agama menjadi candu.

“Oligarki Neo Komunisme selalu menuduh agama sebagai candu,” kata pakar pertahanan dari lembaga pemikir FKP2B Mayjen (Purn) Deddy S Budiman kepada redaksi www.suaranasional.com, Rabu (25/5/2022).

Deddy mengatakan, rakyat Indonesia, khususnya umat Islam melaksanakan agama dengan kaffah,  justru bersemangat untuk kembali ke undang-undang dasar NRI yang ditetapkan 18 Agustus 1945.

“Rakyat menyadari tanpa UUD45 Asli,  tujuan nasional tak mungkin tercapai,  karena batang tubuh UUD45 palsu, berisi kapitalisme, liberalisme, sekulerisme dan hedonisme,” jelasnya.

Rakyat menyadari, tujuan nasional tak mungkin tercapai bila kedaulatan masih ditangan Oligarki Neo Komunisme.

“Untuk mencapai tujuan nasional, disarankan segera kembali ke UUD45 Asli, segera tegakkan Pancasila,  segera wujudkan visi misi NKRI yang terdapat dalam pembukaan UUD45.
Dan kepada rezim, dihimbau segera memutuskan hubungan dengan Oligarki Neo Komunisme,” ungkapnya.

Deddy menduga rezim ini dan Oligarki Neo Komunisme sedang bekerjasama melakukan genosida terhadap bumi putra, fakta menunjukkan rakyat sedang dimiskinkan. Kebijakan PPKM, rakyat keluar rumah mati kena Covid-19,  rakyat dalam rumah mati kelaparan. Rakyat sedang difitnah diadu domba menggunakan tangan BUZERrp peliharaan Rezim,  agar terjadi perang saudara dengan harapan bumiputra bergelimpangan jadi korban.

“Masyarakat Indonesia berharap kepada Rezim untuk merenungkan kembali bagaimana memegang amanah dalam berbangsa dan bernegara, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, berdasarkan Pancasila,  Pembukaan UUD45, untuk mewujudkan NKRI yang merdeka, bersatu,  berdaulat adil dan makmur,” jelas Deddy.

Sebelumnya, Al Makin mengatakan,  konten-konten di medsos, Youtube, atau televisi yang dipenuhi konten-konten agama atau simbol-simbol agama yang berlebihan, menurut dia, itu tanda masyarakat sedang tidak baik-baik saja, sedang berkonflik, berebut kekuasaan, atau berebut yang lainnya.

“Itu semua menjadi cermin cara beragama yang bukan intinya beragama. Agama menjadi candu, dan bukan menjadi penuntun akhlak,” katanya, Ahad (22/5/2022).