Peneliti ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura: Ada Hubungan Kekerasan Fisik dan Naratif yang Dibangun Ade Armando Cs

Ada hubungan yang jelas kekerasan naratif dan fisik yang dibangun Ade Armando dan kawan-kawan. Mereka dengan mudahnya menjuluki kadal gurun (kadrun) kepada siapa yang dianggap berseberangan. Padahal julukan ini merupakan kekerasan verbal.

“Hubungan yang sangat jelas antara kekerasan fisik dan kekerasan secara naratif yang dibangun oleh Ade Armando dan kawan-kawannya,” kata peneliti ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura Made Supriatma dalam artikel berjudul “Kekerasan Fisik dan Kekerasan Verbal”, Selasa (12/4/2022).

Kata Made, para pelaku kekerasan fisik ini terprovokasi oleh kekerasan verbal yang pernah diucapkan kelompoknya Ade Armando.

“Selain sebutan ‘kadrun’ lihatlah serangan online yang dilakukan terhadap demonstrasi ini — dari ejekan bahwa mereka dibayar hingga ke nasi bungkus dan segelas aqua untuk para demonstran,” ungkapnya.

Menurut Made, rekan-rekan Ade Armando dalam satu barisan di media segera memproklamirkan bahwa para pelaku pengeroyokan terhadap dosen UI itu adalah para “kadrun.”

“Anda tentu hapal dengan kata kunci yang senantiasa dipakai dalam provokasi online,” paparnya.

Siapa saja yang tidak sepakat dengan mereka langsung mendapat cap “kadrun” atau kadal gurun. Itulah istilah yang diciptakan oleh kelompok ini. Maknanya tertuju pada kadal yang volume otaknya kecil, yang hidup di gurun — sebuah metafor sarkastik untuk menggambarkan kebodohan yang fanatik dalam beragama.

Made mengatakan Indonesia tanpa kadrun adalah jelas metode ‘cancelling’ yang sangat efektif. Dan mereka yang mengucapkannya, seringkali melakukan kekerasan semantik terhadap obyek yang dikadrunkan.

Orang-orang ini selalu mengkhotbahkab persatuan, toleransi, kebebasan. Mereka merasa berada di tataran moral yang lebih tinggi dari para kadrun — ‘hollier than thou mentallity.’ Namun persis pada saat itulah sebenarnya mereka menyingkirkan apa yang mereka tidak sukai dan inginkan. “Indonesia tanpa kadrun!” Tanpa pernah mau mengakui bahwa mereka yang mereka tuding sebagai kadrun itu adalah warga negara juga.

“Bukankah ini adalah sebuah bentuk kekerasan juga? Saya tidak paham kalau ini bukan,” papar Made.