Hore, Densus 88 Bisa Kerja Lagi?

Uncategorized

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Setelah lama Densus tidak kerja, tak ada dar der dor, tak ada tangkap tangkapan, tak ada barang bukti ‘yang terkait dengan Islam’ atau setidaknya dengan organisasi atau ormas Islam, hari ini Densus kerja lagi. itu artinya, anggaran cair lagi, berkah lagi, terserah masyarakat percaya atau tidak.

Bom meletup di Makassar, jelas menjadi ‘berkah’ bagi densus. Densus 88, bisa pamer aksi ‘Gagah’ dihadapan rakyat, walaupun letoy melawan Teroris OPM.

Densus kembali dikabarkan meringkus terduga teroris di wilayah Condet, Jakarta Timur, Senin (29/3). Penangkapan infonya dilakukan usai Densus melakukan penggerebekan di Condet, tepatnya di Jalan Raya Condet Nomor 1, RT 005/RW 003, Kelurahan Bale Kambang, Kecamatan Kramat Jati, Jaktim.

Bukti juga mulai dipamerkan, kali ini bukan al Qur’an yang dijadikan bukti, bukan kitab Jihad. Sekarang, bukti yang dipamerkan kaos FPI, LPI dan 212. Keren !

Untung saja, Celana Dalam Merk Ihing atau Sony tidak ikut dipamerkan sebagai bukti. Kaos Ronaldo atau Manchester City juga luput.

Setelah ini, pasti akan ada nyanyian tentang jaringan ini dan itu, sel ini dan itu, ujungnya terkait ormas Islam dan tokohnya. Sidang tak boleh offline, alasan keamanan. Masyarakat tak boleh menyaksikan sidang di pengadilan, alasan keamanan pula.

Lalu, narasi sepihak dari Inspektur Vijay Priya Amaraj, opsir pembohong akan menghiasi layar kaca. Pengamat bayaran, akan ngoceh tentang terorisme, bicara teori ini itu, buka jaringan ini itu, bicara motif dendam hingga pendirian negara Islam atau Khilafah.

Perburuan ‘teroris’ dengan aksi tangkap-tangkapan akan meluas di sejumlah daerah, persis seperti film aksi di televisi. Ciri teroris berjenggot, celana cingkrang, jidat hitam, rajin sholat, suka ke masjid, alumni pesantren, praktik bekam dan jualan Habatus Sauda, akan jadi ramai lagi. sepertinya.

Buzer rezim akan riuh ramai, sudah diawali dari sejak Bom Meletup di Makasar. Hardikan kepada Kadrun dan mendiskreditkan Islam, akan menjadi menu utama sosial media. Ruang sosial media menjadi riuh, dan secara sadar Islam kembali akan dipersoalkan.

Luar biasa, 6 anggota laskar yang dibantai belum ada yang bertanggungjawab, kini akan mungkin berpotensi jatuh korban lagi dari umat Islam sebagai respons atas narasi ‘War On Terorism’ yang boleh juga meminjam istilah lain baik War On Radicalsm atau memerangi Ektremisme berbasis terorisme. Persis, seperti yang baru saja di tetapkan melalui Perpres No 7 tahun 2020 tentang RAN PE.

Ya Allah, berat sekali ujian umat ini. Setelah puas dizalimi, kini dituduh sebagai biang Terorisme. Isu ini telah menjadikan umat Islam sebagai korban sekaligus Tertuduh. Selama ini, korban dari isu terorisme adalah umat Islam. Yang dituduh sebagai pelakunya juga umat Islam. lengkap sudah penderitaan umat ini.

Padahal, Umat Islam lah yang paling banyak membayar pajak. Kenapa, uang pajak itu digunakan untuk menzalimi umat Islam ? [].