Neo PKI & Kadernya Berkuasa Gunakan Adu Domba & Mempreteli Kekuatan Negara

Para kader dan antek Neo PKI berkuasa menggunakan cara-cara lama itu mereka gunakan kembali. Yaitu, bagaimana secara sistematis mempreteli sendi-sendi kekuatan negara agar lemah dan keropos. Dan merekrut para tokoh, pejabat yang rakus harta serta jabatan. Yang mau di sogok dengan fasilitas dunia dan mau mengorbankan harga diri dan kesetiaannya pada negara.

Demikian dikatakan pengamat politik Anton Permana dalam artikel berjudul “Strategi ‘Blammingg Game’ ala Komunis sebelum Revolusi/Kudeta”. “Kelompok Neo-PKI dipoles melalui mega pencitraan media dan para buzzer,” ungkapnya.

Kata Anto Permana, agenda reformasi yang awalnya begitu indah ujung-ujungnya berubah jadi pintu masuk (membonceng) kebangkitan neo PKI. Contoh dan tahapannya, Pertama, menjatuhkan Soeharto sebagai pengawal Garuda. Dengan memobilisasi fitnah, dan rekayasa krisis moneter kolaborasi kekuatan kapitalis dan antek Neo PKI sebagai ujung tombak di lapangan. Maka lahirlah rusuh 1998 yang membuat Suharto mundur dari jabatan.

“Kedua, setelah pengawal Garuda tidak ada lagi, barulah kepala Garuda dipenggal dan dipreteli melalui amandemen brutal terhadap UUD 1945. Out put dari semua itu adalah yang kita rasakan hari ini negara menjadi rezim Oligharki yang liberalis/kapitalis di bawah kontrol skema neo-kolonialisasi (penjajahan gaya baru).

Ketiga, kata Anto, membangun hegemoni kekuatan politik, melumpuhkan alat pertahanan keamanan (komponen utama negara) yaitu TNI yang dipisahkan dengan Polri. Dan membuat berbagai macam lembaga negara baru dengan program agenda penguatan reformasi, dan membuang jauh-jauh apa yang sudah dibangun semasa orde baru.

“Keempat, setelah hegemoni politik didapatkan, kekuasaan trias politika digenggam. Maka, mulailah menghancurkan kekuatan intra pemerintahan dan extra pemerintahan, simbol kekuatan sosial seperti ulama, tokoh agama, tokoh pendidik, tokoh masyarakat, dengan berbagai isu,” ungkapnya.